Short trip to Malang
Tujuan ke malang bersama keluarga saya adalah mengunjungi sepupu yang sedang punya hajat sunatan. Lokasinya bukan di Malang kota yang akses menuju kesana lebih mudah. Rumah saudara saya ini agak terpencil sampai-sampai saya yang tinggal hampir 5 tahun di Malang tidak mengetahui tempat tersebut.
Awalnya rencana bepergian ini menggunakan kendaraan mobil namun persewaan mobil yang ada di daerah kami sudah terpakai semua. Maklumlah itu pada saat tahun baru. Yah mau bagaimana lagi. Akhirnya kami menggunakan kendaraan umum. Dan dimulailah petualangan kami berenam termasuk 2 lansia.
Perjalanan pertama kami tempuh menggunakan kereta komuter menuju Surabaya. Sebenarnya kami berenam ingin naik kereta ekonomi penataran ke Malang. Nah, karena dua diantara kami adalah lansia, jadi kami ingin memastikan bahwa perjalanan menuju ke Malang itu sedikit lebih nyaman dengan tempat duduk. Kami berangkat dari stasiun sidoarjo kira-kira pukul 6 pagi. Dan ternyata komuter penuh sesak dan kami tidak dapat tempat duduk. Komuter sesak dengan orang yang berangkat kerja dan kuliah. Saya berdiri di depan barisan tempat duduk panjang yang diisi oleh bapak-bapak. Damn! Saya tak masalah bapak-bapak atau laki-laki tidak memberikan tempat duduk pada saya tapi saya disitu berdiri dengan memegangi nenek saya yang tak bisa meraih pegangan tangan yang disediakan untuk penumpang yang tidak dapat tempat duduk. Tak jauh dari tempat saya berdiri, ada seorang nenek-nenek yang jauh lebih tua dari nenek saya, ibu hamil dan perutnya besaaaaaarrrrr (mungkin 7 atau 8 bulanlah), dan mbak-mbak yang menggendong anaknya. yah, untuk para laki-laki di luar sana yang membaca ini, tolonglah untuk mengesampingkan rasa nyaman demi orang yang lebih membutuhkan.
Kami turun di stasiun wonokromo dan menunggu lamaaaaaaa untuk antri tiket. Sayangnya karena sistem baru yang diberlakukan PT KAI mengenai pemesanan tiket dan pembedaan penumpang antara yang mendapat tempat duduk dan tidak mendapat tempat duduk membuat kami tidak kebagian tiket. Akhirnya, kita capcus naik bison ke terminal Bungurasih mencari bus menuju Malang. Alhamdulillah, karena cuaca mendung, perjalanan ke Malang melalui Porong yang biasanya macet dan luar biasa panas, tidak kami rasakan.
Sampai di terminal Arjosari Malang, saudara-saudara saya terkesima melihat tatanan bakso yang ada di etalase sepanjang terminal menuju tempat angkutan umum (angkot). Sampai pulang menuju Sidoarjo kembali, saudara saya masih kebayang enaknya bakso Malang. Hihihihihi. Lanjut lagi keperjalanan kita. Setelah itu kami melanjutkan naik angkot AMG. Di Malang, sekedar informasi bagi yang tidak tahu, angkotnya berdasarkan singkatan nama daerah yang dilewati. Misalnya AL yang singkatan dari Arjosari Landungsari, AG (Arjosari Gadang). Ada beberapa hal yang harus diketahui saat naik angkot di Malang yakni tarif angkot sudah disepakati RP. 2500 jauh maupun dekat. Tapi ada beberapa kondisi yang membuat tariff itu naik sampai dua kali lipat sampai empat kali lipat. Misalnya kemarin untuk naik AMG sampai ke terminal Gadang, kita diganjar harga Rp. 5000.
Setelah naik angkot AMG barulah kami naik angkot GPP dan sampailah juga. Capekkkkkknyaaaaaaaaa.
Di bus perjalanan menuju Malang, kami sudah menyuruh saudara untuk memesankan tiket kereta yang menyediakan tempat duduk di stasiun Kepanjen. Kereta itu berangkat pukul 19.00 dan sampai di stasiun Sidoarjo pukul 22.30. malangnya nasib kita, kami tidak dapat tempat duduk. Saya kecewa. Dan kami kecewa. Kalau memang sistem sudah berubah ya harusnya diterapkan dengan baik. Pada kenyataannya, banyak yang duduk di tempat duduk yang sudah dipesan. Yah untung kalau ada yang mau ngasih, tapi ada juga yang bertengkar. Arghhhhhh. Saya bingung harus take care tas saya, diri saya sendiri dan nenek saya. Wah ribet sekali. Namun setelah mencari nomer tempat duduk dengan susah payah, akhirnya kita dapet tempat duduk. Alhamdulillah. Namun rasa syukur itu agak terlalu cepat diucapkan hahahhaahahaha. Karena kereta malam itu lumayan kotor dan banyak kecoak. Ga nyaman banget.
Kapan ya transportasi di Indonesia bisa nyaman?
Awalnya rencana bepergian ini menggunakan kendaraan mobil namun persewaan mobil yang ada di daerah kami sudah terpakai semua. Maklumlah itu pada saat tahun baru. Yah mau bagaimana lagi. Akhirnya kami menggunakan kendaraan umum. Dan dimulailah petualangan kami berenam termasuk 2 lansia.
Perjalanan pertama kami tempuh menggunakan kereta komuter menuju Surabaya. Sebenarnya kami berenam ingin naik kereta ekonomi penataran ke Malang. Nah, karena dua diantara kami adalah lansia, jadi kami ingin memastikan bahwa perjalanan menuju ke Malang itu sedikit lebih nyaman dengan tempat duduk. Kami berangkat dari stasiun sidoarjo kira-kira pukul 6 pagi. Dan ternyata komuter penuh sesak dan kami tidak dapat tempat duduk. Komuter sesak dengan orang yang berangkat kerja dan kuliah. Saya berdiri di depan barisan tempat duduk panjang yang diisi oleh bapak-bapak. Damn! Saya tak masalah bapak-bapak atau laki-laki tidak memberikan tempat duduk pada saya tapi saya disitu berdiri dengan memegangi nenek saya yang tak bisa meraih pegangan tangan yang disediakan untuk penumpang yang tidak dapat tempat duduk. Tak jauh dari tempat saya berdiri, ada seorang nenek-nenek yang jauh lebih tua dari nenek saya, ibu hamil dan perutnya besaaaaaarrrrr (mungkin 7 atau 8 bulanlah), dan mbak-mbak yang menggendong anaknya. yah, untuk para laki-laki di luar sana yang membaca ini, tolonglah untuk mengesampingkan rasa nyaman demi orang yang lebih membutuhkan.
Kami turun di stasiun wonokromo dan menunggu lamaaaaaaa untuk antri tiket. Sayangnya karena sistem baru yang diberlakukan PT KAI mengenai pemesanan tiket dan pembedaan penumpang antara yang mendapat tempat duduk dan tidak mendapat tempat duduk membuat kami tidak kebagian tiket. Akhirnya, kita capcus naik bison ke terminal Bungurasih mencari bus menuju Malang. Alhamdulillah, karena cuaca mendung, perjalanan ke Malang melalui Porong yang biasanya macet dan luar biasa panas, tidak kami rasakan.
Sampai di terminal Arjosari Malang, saudara-saudara saya terkesima melihat tatanan bakso yang ada di etalase sepanjang terminal menuju tempat angkutan umum (angkot). Sampai pulang menuju Sidoarjo kembali, saudara saya masih kebayang enaknya bakso Malang. Hihihihihi. Lanjut lagi keperjalanan kita. Setelah itu kami melanjutkan naik angkot AMG. Di Malang, sekedar informasi bagi yang tidak tahu, angkotnya berdasarkan singkatan nama daerah yang dilewati. Misalnya AL yang singkatan dari Arjosari Landungsari, AG (Arjosari Gadang). Ada beberapa hal yang harus diketahui saat naik angkot di Malang yakni tarif angkot sudah disepakati RP. 2500 jauh maupun dekat. Tapi ada beberapa kondisi yang membuat tariff itu naik sampai dua kali lipat sampai empat kali lipat. Misalnya kemarin untuk naik AMG sampai ke terminal Gadang, kita diganjar harga Rp. 5000.
Setelah naik angkot AMG barulah kami naik angkot GPP dan sampailah juga. Capekkkkkknyaaaaaaaaa.
Di bus perjalanan menuju Malang, kami sudah menyuruh saudara untuk memesankan tiket kereta yang menyediakan tempat duduk di stasiun Kepanjen. Kereta itu berangkat pukul 19.00 dan sampai di stasiun Sidoarjo pukul 22.30. malangnya nasib kita, kami tidak dapat tempat duduk. Saya kecewa. Dan kami kecewa. Kalau memang sistem sudah berubah ya harusnya diterapkan dengan baik. Pada kenyataannya, banyak yang duduk di tempat duduk yang sudah dipesan. Yah untung kalau ada yang mau ngasih, tapi ada juga yang bertengkar. Arghhhhhh. Saya bingung harus take care tas saya, diri saya sendiri dan nenek saya. Wah ribet sekali. Namun setelah mencari nomer tempat duduk dengan susah payah, akhirnya kita dapet tempat duduk. Alhamdulillah. Namun rasa syukur itu agak terlalu cepat diucapkan hahahhaahahaha. Karena kereta malam itu lumayan kotor dan banyak kecoak. Ga nyaman banget.
Kapan ya transportasi di Indonesia bisa nyaman?
Comments
Post a Comment