Suratku untukmu..
Dear,
Mungkin aku terlalu penakut untuk mengutarakan semua
ini. Tapi pada dasarnya aku sudah memberimu cukup banyak sinyal positif soal
perasaanku padamu. Cukup mudah melihat pertanda itu. Sayangnya, aku bukan orang
yang mampu memahami atau membaca orang lain. yah aku tidak sepintar dirimu atau
kamu yang sangat pintar menutupi perasaanmu. Jadi aku tidak tahu bagaimana
perasaanmu secara pasti.
Yah aku mencintaimu. Aku telah sampai dimana aku
telah jatuh cinta padamu. Dan aku tahu kita tidak mungkin bisa bersama untuk
saat ini atau mungkin juga beberapa tahun kedepan. Mungkin kita hanya
ditakdirkan bertemu dan tidak ditakdirkan bersatu.
Terlepas dari segala harapan atau mungkin sikap yang
kubaca sebagai harapan. Terlepas dari siapa yang memulai dan siapa yang
bersalah. Aku menghargai dan mengingat segala hal yang sudah kita lakukan
bersama. Kenangan yang kita bangun bersama. Rencana-rencana kecil yang kita
bicarakan. Pembicaraan-pembicaraan panjang yang kita lakukan di malam hari. Makan
malam yang kita lewati berdua. Dan kilometer jarak yang sudah kita tempuh
bersama. Aku mengingat itu semudah hal itu terjadi kemarin.
Aku tahu itu tidak akan sebanding dengan kenangan
yang kamu bangun dengan dia yang telah lebih lama mengenalmu dan menghabiskan
waktu bersama. Aku tahu. Aku mengerti.
Jika selama ini kamu menanyakan apakah aku cemburu? Yah
aku cemburu. Sangat. Aku hanya bisa menenangkan hati sambil memalingkan muka
ketika kamu harus membalas smsnya.
Sejujurnya dalam hatiku yang terdalam, aku ingin
kita juga memiliki hal yang sama untuk jangka waktu yang panjang. Aku tidak akan memungkiri kalau aku ingin memilikimu untuk diriku sendiri. Tapi aku tahu
bahwa kalaupun cintaku lebih besar, aku tetap tidak berhak memilikimu. Karena aku
wanita. Aku tahu bagaimana rasa sakit ketika orang yang kita cintai mengkhianati
atau meninggalkan kita demi orang lain. Aku tidak ingin aku menjadi alasan penderitaan
orang lain.
Perasaanmu bahkan masih menjadi pertanyaanku sampai hari ini. Aku tahu dan merasakannya, bahwa kamu tidak sama seperti dulu. Kamu berbeda. Mungkin kamu kasihan padaku. Atau kamu mungkin tidak membutuhkan aku sebesar dulu sehingga perasaanmu lenyap dengan cepat. Sekarang kamu sudah memiliki lebih banyak teman, lebih banyak kegiatan dan berkembang menjadi pribadi yang lebih dari yang dulu. Fakta itu berbanding lurus dengan kebutuhanmu akan diriku. Mungkin juga karena hal itu.
Oleh karena itu, aku tidak pernah sekalipun
memintamu untuk mengakhiri hubunganmu dengan dia. Tidak sekalipun aku berani
mengucapkan itu. Selain ada perasaan kasihan pada dia. Aku juga belum terlalu
yakin dengan perasaanmu padaku. Aku mungkin hanya salah membaca dan menafsirkan
sikapmu padaku sebagai harapan atau sebagai perasaan lebih dari sekedar teman. Mungkin
aku yang salah.
Kamu tahu aku sudah membahas soal ini dan menanyakan
soal hubungan kita tiga kali bahkan hari ini adalah yang keempat kalinya. Kamu menanyakan
apa yang aku inginkan. Yang aku inginkan adalah kamu mengakui perasaanmu
kepadaku. Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya. Agar aku tahu
bahwa aku selama ini tidak salah. Bahwa selama ini aku tidak mengalami cinta
sendiri. Dan satu hal lagi yang ingin aku katakan padamu, bahwa aku tidak akan
bertahan sejauh ini tanpa aku merasa ada harapan diantara kita.
Ini yang belum kamu tahu. Karena aku belum sempat
mengatakannya.
butuh bahu buat sandaran? :;D
ReplyDelete#pukpuk :*
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete