Dia
Saya tahu
saya melakukan kesalahan. Yah mungkin itu kesalahan saya.
Saya masih
berhubungan dengan dia. Iyah. Dia yang saya ceritakan di beberapa postingan
sebelumnya. Meskipun saya bilang saya kecewa dan muak dan berjanji untuk
melupakan dia dan menjauh dari dia. Saya tahu dan kamu yang membaca ini juga
tahu bahwa menjauh dan menghapus orang yang ada dihatimu dan yang pernah punya
sejarah istimewa denganmu adalah hal yang sulit.
Saya bersabar.
Saya memaafkan. Saya tidak tahu sampai detik ini, apa yang sebenarnya terjadi
diantara kita berdua hingga sampai seperti ini. Yang saya tahu saya jatuh
cinta. Saya menyayangi dia lebih dari teman biasa. Mungkin banyaaaaak sekali
orang yang bertanya-tanya kenapa saya bisa jatuh cinta pada dia. Saya yang
bertahun-tahun tidak bisa membuka diri pada orang lain setelah kejadian saya
ditinggalkan begitu saja lalu orang itu menikah dengan orang lain. Dan akhirnya
saya jatuh cinta.
Saya membangun
boundaries disekeliling hati saya. Saya tidak membiarkan diri saya jatuh cinta
begitu mudahnya. Saya introvert. Saya tidak membiarkan orang untuk terlalu
dekat dengan saya. Tapi dia, anehnya, bisa merobohkan tembok yang saya bangun
bertahun-tahun itu.
Kalau untuk
mengungkapkan perasaan, seperti yang saya harapkan dan saya ceritakan
dipostingan sebelumnya. Dia sudah mengungkapkannya. Dan dia melakukan hal-hal
yang saya anggap mewakili perasaannya. Dia cemburu. Dia posesif. Saya rasa saya
masih bisa mentolerir rasa cemburu dan rasa posesifnya. Saya senang dia
cemburu, karena itu menandakan dia menyayangi saya dan merasa memiliki saya. Tapi ketika saya menginginkan kejelasan status
hubungan kami berdua, dia dengan jelas menolak untuk berkomitmen dan
berhubungan serius.
Pernah disatu
waktu, ketika saya sudah capek dengan ketidakjelasan ini, saya mencoba dekat
dengan orang lain. kami dekat dan sering jalan bareng. Saya tidak habis pikir,
dia dengan serta merta menjemput saya ketika saya sedang berdua dengan
laki-laki lain. Dengan wajah cemburu dan marah, dia menjemput saya. Mengantar
saya pulang dan kemudian pergi.
Dengan sikap
seperti itu, apakah saya salah menganggap bahwa perasaan dia cukup besar dan
serius? Kembali lagi saya meminta kejelasan status hubungan kami berdua, dia
bilang kalau dia hanya ingin berteman. Ketika saya tahu dia sudah putus. Saya kembali
menanyakan bagaimana kepastian hubungan kita berdua. Dia sekali lagi menolak
untuk berhubungan serius.
Saya hanya
berharap dia mau bersikap konsisten dengan apa yang dia katakan. Kalau dia
memang tidak memiliki perasaan yang sama dengan saya, saya akan dengan ikhlas
menjauh tetapi dia tidak boleh bersikap seolah-olah dia memiliki perasaan
sayang yang besar pada saya dan membebaskan saya untuk berhubungan dengan orang
lain. Kalau dia memang menyayangi saya, saya harap kami berdua bisa berhubungan
serius dan berkomitmen. Saya hanya ingin itu. Berkomitmen disini, bukan dalam
artian menikah atau semacamnya. Saya ingin kami berhubungan dengan status yang
jelas.
Ketika saya
memutuskan untuk menjauh dari beberapa laki-laki yang mendekati saya dan dia
juga dalam keadaan single. Saya menuntut lagi tentang kejelasan hubungan kami. Ternyata
dia mengatakan bahwa perasaannya sudah hilang dan dia mengatakan bahwa saya terlalu
dewasa untuk dia. Fine.
Saya menjauhinya.
Saya menyelamatkan diri saya dari sakit hati yang lebih dalam. Meskipun banyak
hal yang sudah dia lakukan yang membuat saya bahkan tidak bisa menghitung
berapa kali saya menangis. Dia selalu muncul dengan berbagai alasan untuk
membuat saya mendekat lagi. Anything! Dia masih bersikap sama seperti
sebelumnya. Dia melarang saya pindah tempat kerja. Dia melarang saya liburan
keluar negeri. Dia masih berusaha memeriksa handphone saya.
Sampai akhirnya,
saya mencoba menelpon dia berkali-kali dan yang mengangkat adalah perempuan. Saya
tidak tahu siapa dia dan apa hubungan mereka berdua. Saya tidak mau tahu. Yang saya
tahu adalah saya merasa sakit hati sehari setelah dia mengatakan bahwa dia tidak
akan menyakiti saya lagi. Mungkin ini cara dia ingin mengusir saya agar menjauh
dari kehidupannya.
Sehari setelah
kejadian itu, dia memasang display picture di BBM dengan perempuan lain dan
kemudian diganti dengan gambar lain. anehnya, saya merasa lega dia dekat dengan
orang lain. Saya lega dan ikhlas bahkan sedikitpun rasa cemburupun tidak ada. Justru
foto itu yang membuat saya sadar bahwa kita memiliki visi dan misi yang berbeda
dalam kehidupan. Kita berbeda. Rasanya plong dan ringan. Saya tidak lagi
berkeinginan mengirim bbm atau menelpon dia. Saya sudah tidak berpikir soal
apakah hubungan kami berakhir atau tidak. Yang saya tahu adalah saya selama ini
lupa, bahwa memang kita memiliki cara pandang yang berbeda.
Lalu hari
ini ketika semuanya sudah berakhir. Muncul masalah baru. Sebenarnya masalah
gosip kita berdua sudah beredar sejak lama dikomunitas kami berdua. Hanya saja,
gosip ini membuat saya jadi tersangka. Membuat saya tersudut. Dan informasi
yang beredar itu dari dia.
Benar! Dia…
Dia yang
saya jatuhi cinta.
Dia yang
saya sayangi.
Dia yang
selalu saya anggap baik.
Dia yang
saya terima kekurangannya.
Dia yang
selalu saya beri maaf.
Dia yang
selalu saya bela ketika orang lain menilai jelek tentangnya.
Dia yang
saya kagumi karena perjuangan hidupnya. Kini…
Entah apa
yang membuat dia melakukan itu semua dari awal hingga hari ini. Entah karena
dia takut berkomitmen, atau karena dia hanya memanfaatkan saya, atau tidak mau
terlihat bersalah, saya juga tidak tahu.
Tapi tembok
itu sudah runtuh. Saya belajar dari kesalahan saya karena kurang tegas dan
terlalu sabar. Sekarang saya sudah terlalu lelah untuk memikirkan persepsi
orang tentang saya.
Comments
Post a Comment