Tulisan Orang Udik
saya bukan manusia-manusia gaul yang menyediakan biaya untuk bersilaturahmi dengan teman (nongkrong dan bersosialisasi). saya tidak termasuk dalam manusia yang dibiasakan untuk nongkrong lama di satu tempat dan mengobrol. hanya mengobrol.
malam ini saya ikut merasakan bagaimana rasanya nongkrong ala anak (manusia) gaul. saya pulang jam setengah satu pagi. disana yang saya lakukan adalah tertawa dan mengobrol dan minum minuman yang harganya mahal.
saya sangat senang pada awalnya bisa kembali berhubungan dengan teman-teman lama. tapi lama kelamaan, di dalam hati nurani saya, saya merasa ini bukan diri saya. saya bukan orang yang suka nongkrong. saya suka nongkrong kalau ada hal yang pasti dan terencana yang akan dilakukan. misalnya makan siang atau meeting atau konsultasi skripsi atau perut lapar sesudah nonton atau apalah.
rasanya saya sudah merindukan kasur guling dan bantal di kamar. it's not good. benar kata Rhoma Irama, begadang memang tidak baik. pasti di tempat begadang itu akan ada asap rokok dan lambung kita dipaksa untuk mencerna makanan di malam hari. dan oh my god. it's my (OUR) biological time to sleep, guys.
saya sih tidak melarang itu. dan tidak anti terhadap kegiatan itu. saya suka berkumpul dengan teman. ataukah mungkin ini mengenai siapa yang menjadi teman nongkrong kita? well maybe.
saya banyak menghabiskan mengamati orang-orang yang berlalu lalang. semuanya cantik dan ganteng dengan cara mereka sendiri dalam menarik perhatian orang lain (or lawan jenis). dandanan wajib bagi orang yang akan nongkrong adalah handphone tercanggih dan terbaru dan tempat cozy yang biasanya mahal serta dandanan yang fashionable. mereka semua dengan sangat siap menunjukkan siapa jati diri dan identitas mereka melalui pulasan make up, baju trendy dan hotpants.
senyum saya merekah saat saya tahu bahwa sesungguhnya makna dari nongkrong adalah menunjukkan status sosial kita. kita nongkrong tidak murni untuk bersilaturahmi menjalin tali persaudaraan. ini tentang status sosial. minuman yang dipilih, make up yang dipakai, baju yang dikenakan adalah simbol. simbol yang dimaknai orang lain sebagai status sosial entah itu rendah atau tinggi. karena pada dasarnya. it just symbols.
kalau kata pepatah, jangan mencintai seseorang karena hartanya, karena hal itu dapat musnah.
bila ternyata simbol yang kita miliki sekarang hilang, apakah kita akan tetap percaya diri sebagai diri kita seutuhnya. sebagai A dengan sifat dan sikap yang kita miliki serta kualitas ketaqwaan yang ada dalam hati nurani kita.
ini kegiatan (pure) nongkrong saya yang pertama dimana saya yang memutuskannya karena ingin menjalin silaturahmi.
dan yang kedua, dimana saya merasakan bahwa saya berada di tempat yang salah dengan orang yang memiliki minat dan pemikiran yang tidak sama dengan saya. tapi saya mencintai mereka sebagai bagian dari fragmen masa lalu saya.
malam ini saya ikut merasakan bagaimana rasanya nongkrong ala anak (manusia) gaul. saya pulang jam setengah satu pagi. disana yang saya lakukan adalah tertawa dan mengobrol dan minum minuman yang harganya mahal.
saya sangat senang pada awalnya bisa kembali berhubungan dengan teman-teman lama. tapi lama kelamaan, di dalam hati nurani saya, saya merasa ini bukan diri saya. saya bukan orang yang suka nongkrong. saya suka nongkrong kalau ada hal yang pasti dan terencana yang akan dilakukan. misalnya makan siang atau meeting atau konsultasi skripsi atau perut lapar sesudah nonton atau apalah.
rasanya saya sudah merindukan kasur guling dan bantal di kamar. it's not good. benar kata Rhoma Irama, begadang memang tidak baik. pasti di tempat begadang itu akan ada asap rokok dan lambung kita dipaksa untuk mencerna makanan di malam hari. dan oh my god. it's my (OUR) biological time to sleep, guys.
saya sih tidak melarang itu. dan tidak anti terhadap kegiatan itu. saya suka berkumpul dengan teman. ataukah mungkin ini mengenai siapa yang menjadi teman nongkrong kita? well maybe.
saya banyak menghabiskan mengamati orang-orang yang berlalu lalang. semuanya cantik dan ganteng dengan cara mereka sendiri dalam menarik perhatian orang lain (or lawan jenis). dandanan wajib bagi orang yang akan nongkrong adalah handphone tercanggih dan terbaru dan tempat cozy yang biasanya mahal serta dandanan yang fashionable. mereka semua dengan sangat siap menunjukkan siapa jati diri dan identitas mereka melalui pulasan make up, baju trendy dan hotpants.
senyum saya merekah saat saya tahu bahwa sesungguhnya makna dari nongkrong adalah menunjukkan status sosial kita. kita nongkrong tidak murni untuk bersilaturahmi menjalin tali persaudaraan. ini tentang status sosial. minuman yang dipilih, make up yang dipakai, baju yang dikenakan adalah simbol. simbol yang dimaknai orang lain sebagai status sosial entah itu rendah atau tinggi. karena pada dasarnya. it just symbols.
kalau kata pepatah, jangan mencintai seseorang karena hartanya, karena hal itu dapat musnah.
bila ternyata simbol yang kita miliki sekarang hilang, apakah kita akan tetap percaya diri sebagai diri kita seutuhnya. sebagai A dengan sifat dan sikap yang kita miliki serta kualitas ketaqwaan yang ada dalam hati nurani kita.
ini kegiatan (pure) nongkrong saya yang pertama dimana saya yang memutuskannya karena ingin menjalin silaturahmi.
dan yang kedua, dimana saya merasakan bahwa saya berada di tempat yang salah dengan orang yang memiliki minat dan pemikiran yang tidak sama dengan saya. tapi saya mencintai mereka sebagai bagian dari fragmen masa lalu saya.
Comments
Post a Comment