Doggie Doggie
Saya takut anjing. Oh my God. Saya punya banyak memori menakutkan soal anjing. Saya mungkin tidak akan takut kalau anjingnya selucu anjing milik Minzy 2NE1.
Saya pernah bekerja di Bali dan otomatis bertemu dengan banyak anjing. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa bertahan. Saya hanya mengandalkan acting ‘pura-pura buta’ yang tetap tidak bisa menyembunyikan suara jantung saya. Suatu ketika, saat saya harus bekerja, saya mendapati seekor anjing ada di depan saya sambil mengeram dan menunjukkan taringnya. Anjing itu bukan anjing yang kecil dan lucu. Anjing itu berjenis harder dan besar. Kalau saya tidak bisa mengontrol saraf ekskresi saya mungkin saya sudah pipis di celana.
Yang kedua, ketika saya bekerja di persewaan VCD, bos saya memiliki anjing. Dan Harder. Namanya Mars. Kandangnya di dekat pintu kamar mandi dan hanya berjarak satu meter. Bayangkan! Saya berusaha mati-matian untuk tidak ke kamar mandi. Meskipun masih kecil, gonggongan Mars rasanya mengisyaratkan bahwa dia akan menerkam saya dan mencakar tubuh saya. Pernah sih, suatu ketika saya harus ke kamar mandi dan harus melewati Mars. Saya butuh waktu setengah jam hanya untuk menimbang apakah saya akan berdiam diri di dalam kamar mandi atau keluar. Saat itu Mars sudah cukup besar dan kaki depannya sudah bisa nangkring di tepi kandang. Kembali lagi saya mengandalkan acting ‘pura-pura buta’ ditambah dengan ‘pura-pura budeg’.
Ketiga kalinya saya berhubungan jelek dengan anjing adalah saat kuliah. Sebenarnya saya ingin memelihara anjing, tapi seperti yang saya bilang sebelumnya, saya ingin yang seperti anjing milik MInzy 2NE1 atau Tinkerbell milik Paris Hilton. Yang kecil dan lucu. Yang gonggongannya tidak keras dan bikin kaget. Tapi yang ketiga kalinya ini membuat saya mencoret cita-cita ingin memiliki anjing yang mirip Tinkerbell. Saya dan teman saya dikejar anjing cihuahua. Seluruh tubuh saya gemetaran. Sudah ingin menangis rasanya.
Yang keempat, saya tidak dikejar anjing. Hanya saja ketiga pengalaman di atas sudah membuat saya ingin mengambil jarak dengan anjing sejauh-jauhnya. Adik saya punya toko langganan tempat membeli benang, jarum dan dakron dan alat jahit menjahit lainnya. dan disitu ada anjing. Tanpa kandang dan berkeliaran bebas di mana saja. Setiap saya diajak ke toko itu, saya selalu menunggu di trotoar toko. Kali ini, anjing itu tetap nangkring di depan toko. Saya masih tenang di tempat semula. Namun saat anjing itu semakin mendekat, saya menjauh. Sok cool, jalan menjauh tapi hati sudah berdentum keras seperti sehabis lari marathon. Saya sudah agak jauh, anjing itu mendekati saya lagi. Saya tahu anjing itu tidak melakukan apa-apa. Dia hanya melihat saya lalu berjalan mendekat. Siapa yang tidak takut? Akhirnya saya berjalan terusssssssss sampai saya tidak bisa melihat rupa dan penampakan dan melakukan kontak mata dengan anjing itu. Saya meninggalkan adik saya yang pemberani itu di toko.
Sebagai informasi tambahan, saya juga takut kucing.
Saya pernah bekerja di Bali dan otomatis bertemu dengan banyak anjing. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa bertahan. Saya hanya mengandalkan acting ‘pura-pura buta’ yang tetap tidak bisa menyembunyikan suara jantung saya. Suatu ketika, saat saya harus bekerja, saya mendapati seekor anjing ada di depan saya sambil mengeram dan menunjukkan taringnya. Anjing itu bukan anjing yang kecil dan lucu. Anjing itu berjenis harder dan besar. Kalau saya tidak bisa mengontrol saraf ekskresi saya mungkin saya sudah pipis di celana.
Yang kedua, ketika saya bekerja di persewaan VCD, bos saya memiliki anjing. Dan Harder. Namanya Mars. Kandangnya di dekat pintu kamar mandi dan hanya berjarak satu meter. Bayangkan! Saya berusaha mati-matian untuk tidak ke kamar mandi. Meskipun masih kecil, gonggongan Mars rasanya mengisyaratkan bahwa dia akan menerkam saya dan mencakar tubuh saya. Pernah sih, suatu ketika saya harus ke kamar mandi dan harus melewati Mars. Saya butuh waktu setengah jam hanya untuk menimbang apakah saya akan berdiam diri di dalam kamar mandi atau keluar. Saat itu Mars sudah cukup besar dan kaki depannya sudah bisa nangkring di tepi kandang. Kembali lagi saya mengandalkan acting ‘pura-pura buta’ ditambah dengan ‘pura-pura budeg’.
Ketiga kalinya saya berhubungan jelek dengan anjing adalah saat kuliah. Sebenarnya saya ingin memelihara anjing, tapi seperti yang saya bilang sebelumnya, saya ingin yang seperti anjing milik MInzy 2NE1 atau Tinkerbell milik Paris Hilton. Yang kecil dan lucu. Yang gonggongannya tidak keras dan bikin kaget. Tapi yang ketiga kalinya ini membuat saya mencoret cita-cita ingin memiliki anjing yang mirip Tinkerbell. Saya dan teman saya dikejar anjing cihuahua. Seluruh tubuh saya gemetaran. Sudah ingin menangis rasanya.
Yang keempat, saya tidak dikejar anjing. Hanya saja ketiga pengalaman di atas sudah membuat saya ingin mengambil jarak dengan anjing sejauh-jauhnya. Adik saya punya toko langganan tempat membeli benang, jarum dan dakron dan alat jahit menjahit lainnya. dan disitu ada anjing. Tanpa kandang dan berkeliaran bebas di mana saja. Setiap saya diajak ke toko itu, saya selalu menunggu di trotoar toko. Kali ini, anjing itu tetap nangkring di depan toko. Saya masih tenang di tempat semula. Namun saat anjing itu semakin mendekat, saya menjauh. Sok cool, jalan menjauh tapi hati sudah berdentum keras seperti sehabis lari marathon. Saya sudah agak jauh, anjing itu mendekati saya lagi. Saya tahu anjing itu tidak melakukan apa-apa. Dia hanya melihat saya lalu berjalan mendekat. Siapa yang tidak takut? Akhirnya saya berjalan terusssssssss sampai saya tidak bisa melihat rupa dan penampakan dan melakukan kontak mata dengan anjing itu. Saya meninggalkan adik saya yang pemberani itu di toko.
Sebagai informasi tambahan, saya juga takut kucing.
Comments
Post a Comment