Frenemy?
Pernah dengar kata frenemy? Atau kalian juga punya frenemy? Saya rasa saya punya frenemy, dari setiap tahapan masa sekolah saya punya satu frenemy. Mungkin kalian akan berpikir, why you spent your whole life for having two faces? Does it kind of tiresome?
Frenemy menurut saya tercipta dari sebuah pertemanan yang saat kita berekspektasi pada hubungan itu, justru ekspektasi kita terbuang sia-sia. Atau bisa juga frenemy tercipta karena teman kita yang sedari awal sudah menciptakan batasan untuk tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan kita sehingga memperlakukan kita sedikit berbeda dengan teman yang lain.
Ini saya alami sewaktu saya masih duduk di bangku SMP. Saya tidak benar-benar mengerti kenapa teman saya ini, yang kebetulan cowok, tidak menyukai saya. Saya tidak pernah mendengar dia mengatakannya directly. Tapi saya merasakannya. Saya merasakan bagaimana dia mencoba sedikit mengacuhkan saya dan tidak mempedulikan bahwa saya ada. Selalu malas-malasan menjawab semua pertanyaan saya. Dan lain-lain. Itu salah satu pertanda yang saya tangkap dari orang yang tidak berminat menjadi teman saya itu.
Lain halnya saat masuk ke tahapan hidup selanjutnya hingga sekarang. Saya masih punya beberapa orang yang saya rasa dia adalah frenemy saya. Dan anehnya lagi, dia cowok. I don’t know. I love guy a lot. Saya tidak tahu kenapa dia tidak suka saya. Dan saya yakin dia tahu saya tidak suka dia. Tapi kami berdua berusaha untuk menjadi teman. Dan saya terkadang kesal luar biasa padanya. Salahkah saya? Saat berada dekat dengan dia, saya berusaha mengesampingkan rasa benci saya karena saya rasa kebencian saya juga tidak begitu penting (namun beralasan) dan membenci itu kan capek. Saya selalu akan membuka diri saya dan bersedia menerima ketika berada dekat dengannya. Tapi disetiap pertemuan kami, sesudah itu, saya pasti akan menambah daftar kebencian saya padanya.
Having two faces is tired. Tapi saya tidak bisa menghilangkan perasaan itu. Apa yang saya lakukan ini benar? Menjadi two faces girl?
Frenemy menurut saya tercipta dari sebuah pertemanan yang saat kita berekspektasi pada hubungan itu, justru ekspektasi kita terbuang sia-sia. Atau bisa juga frenemy tercipta karena teman kita yang sedari awal sudah menciptakan batasan untuk tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan kita sehingga memperlakukan kita sedikit berbeda dengan teman yang lain.
Ini saya alami sewaktu saya masih duduk di bangku SMP. Saya tidak benar-benar mengerti kenapa teman saya ini, yang kebetulan cowok, tidak menyukai saya. Saya tidak pernah mendengar dia mengatakannya directly. Tapi saya merasakannya. Saya merasakan bagaimana dia mencoba sedikit mengacuhkan saya dan tidak mempedulikan bahwa saya ada. Selalu malas-malasan menjawab semua pertanyaan saya. Dan lain-lain. Itu salah satu pertanda yang saya tangkap dari orang yang tidak berminat menjadi teman saya itu.
Lain halnya saat masuk ke tahapan hidup selanjutnya hingga sekarang. Saya masih punya beberapa orang yang saya rasa dia adalah frenemy saya. Dan anehnya lagi, dia cowok. I don’t know. I love guy a lot. Saya tidak tahu kenapa dia tidak suka saya. Dan saya yakin dia tahu saya tidak suka dia. Tapi kami berdua berusaha untuk menjadi teman. Dan saya terkadang kesal luar biasa padanya. Salahkah saya? Saat berada dekat dengan dia, saya berusaha mengesampingkan rasa benci saya karena saya rasa kebencian saya juga tidak begitu penting (namun beralasan) dan membenci itu kan capek. Saya selalu akan membuka diri saya dan bersedia menerima ketika berada dekat dengannya. Tapi disetiap pertemuan kami, sesudah itu, saya pasti akan menambah daftar kebencian saya padanya.
Having two faces is tired. Tapi saya tidak bisa menghilangkan perasaan itu. Apa yang saya lakukan ini benar? Menjadi two faces girl?
Comments
Post a Comment