Gara-gara sea games
Saya hidup hampir tanpa budaya patriarki. Jumlah laki-laki di keluarga saya tidak lebih banyak dari jumlah perempuan. Maka saya tumbuh tanpa banyak mengenal sepak bola dan olah raga yang lainnya. saya tahu. Hanya saja saya tidak menggemari itu. Adik laki-laki saya, cenderung suka gadget daripada olah raga. Saya ingat, kalau nilai olah raga adik laki-laki saya tidak begitu bagus dibandingkan dengan nilai mata pelajaran yang lain.
Saya suka voli. Dari dulu. Saya suka voli karena pengaruh dari teman-teman SMA saya yang kebanyakan atlet voli. Saya tidak suka sepak bola karena selalu bingung dengan peraturan dan banyaknya orang di lapangan itu. Sumpah bikin pusing. Belum lagi ngafalin wajah dan nama masing-masing anggotanya. Oops. Tapi kalau ngafalin nama anggota super junior, mungkin lain persoalan.
Telah melewati banyak sea games, namun saya rasa sea games yang bertuan rumah di Indonesia ini sungguh berkesan. Sea games ke 26 kali ini banyak menguras emosi saya. Saya banyak berpartisipasi secara perasaan di sea games kali ini. Banyak ikut jejeritan, maki-maki, cemas dan tegang bercampur jadi satu. Sea games kali ini luar biasa sekali bisa mengubah saya menjadi pribadi yang mulai enjoy menikmati sepak bola. Bukan karena pemainnya yang ganteng atau apa. Dari dulu saya tahu kalau david beckham dan Kaka itu ganteng, tapi sama sekali tidak menggerakkan hati saya untuk menikmati permainan itu. Baru kemarin, saya sangat menikmati pertandingan antara Indonesia dan Vietnam. Dan saya mulai jatuh cinta pada sepak bola. Tapi tetap saja, saya selalu tidak tega melihat kalau di detik terakhir menjelang berakhirnya pertandingan, ternyata Indonesia masih belum unggul.
Dan saya menemukan kecintaan lain yakni pada sepak takraw. Wow. It’s so wonderful. Tidak biasa dan benar-benar menguras kesabaran. Udah pokoknya sepak takraw yang paling oke. Meskipun saya tidak banyak tahu atletnya. Di Indonesia memang tidak begitu diekspos, karena warga Negara Indonesia lebih banyak menikmati sepak bola dan bulu tangkis dibanding cabang olah raga lainnya.
Sea games mengubah persepsi saya tentang banyak hal. Salah satunya juga tentang rasa nasionalisme. Itu tidak perlu disebutkan lagi. Sempat kecewa dengan banyaknya kekurangan di sea games kali ini, namun yah the show must go on. Dan tinggal memberikan yang terbaik saja.
Ayo Indonesia Bisa! Semoga semangat nasionalisme ini tidak hanya bersifat sementara atau hanya berkobar tinggi saat ini saja. Karena nasionalisme kita harus terus membumbung tinggi sampai nanti sampai titik darah penghabisan. Saya tersadar bahwa saya semakin cinta Indonesia dengan segala carut marut didalamnya.
Saya suka voli. Dari dulu. Saya suka voli karena pengaruh dari teman-teman SMA saya yang kebanyakan atlet voli. Saya tidak suka sepak bola karena selalu bingung dengan peraturan dan banyaknya orang di lapangan itu. Sumpah bikin pusing. Belum lagi ngafalin wajah dan nama masing-masing anggotanya. Oops. Tapi kalau ngafalin nama anggota super junior, mungkin lain persoalan.
Telah melewati banyak sea games, namun saya rasa sea games yang bertuan rumah di Indonesia ini sungguh berkesan. Sea games ke 26 kali ini banyak menguras emosi saya. Saya banyak berpartisipasi secara perasaan di sea games kali ini. Banyak ikut jejeritan, maki-maki, cemas dan tegang bercampur jadi satu. Sea games kali ini luar biasa sekali bisa mengubah saya menjadi pribadi yang mulai enjoy menikmati sepak bola. Bukan karena pemainnya yang ganteng atau apa. Dari dulu saya tahu kalau david beckham dan Kaka itu ganteng, tapi sama sekali tidak menggerakkan hati saya untuk menikmati permainan itu. Baru kemarin, saya sangat menikmati pertandingan antara Indonesia dan Vietnam. Dan saya mulai jatuh cinta pada sepak bola. Tapi tetap saja, saya selalu tidak tega melihat kalau di detik terakhir menjelang berakhirnya pertandingan, ternyata Indonesia masih belum unggul.
Dan saya menemukan kecintaan lain yakni pada sepak takraw. Wow. It’s so wonderful. Tidak biasa dan benar-benar menguras kesabaran. Udah pokoknya sepak takraw yang paling oke. Meskipun saya tidak banyak tahu atletnya. Di Indonesia memang tidak begitu diekspos, karena warga Negara Indonesia lebih banyak menikmati sepak bola dan bulu tangkis dibanding cabang olah raga lainnya.
Sea games mengubah persepsi saya tentang banyak hal. Salah satunya juga tentang rasa nasionalisme. Itu tidak perlu disebutkan lagi. Sempat kecewa dengan banyaknya kekurangan di sea games kali ini, namun yah the show must go on. Dan tinggal memberikan yang terbaik saja.
Ayo Indonesia Bisa! Semoga semangat nasionalisme ini tidak hanya bersifat sementara atau hanya berkobar tinggi saat ini saja. Karena nasionalisme kita harus terus membumbung tinggi sampai nanti sampai titik darah penghabisan. Saya tersadar bahwa saya semakin cinta Indonesia dengan segala carut marut didalamnya.
Comments
Post a Comment