Gili Labak, Another Journey.

Bismillah

Beberapa hari yang lalu, berkesempatan mengunjungi Gili Labak. Salah satu pulau di Madura.

Perjalanan di mulai dari Sidoarjo pukul 9 malam. Hehehehe. Karena malam hari dan pasti isinya cuman tidur, jadi kostumnya baby doll. Hahahaha. Perjalanan Alhamdulillah lancar jaya tanpa hambatan. Dan Alhamdulillah juga, berkesempatan menyebrang ke Madura lewat jembatan Suramadu. Maklum meskipun tinggal dekat Surabaya tapi belum pernah ke Suramadu.

Saya juga kebetulan tidak begitu sering mengeksplor Madura. Hanya dulu sewaktu kecil diajak jalan-jalan orangtua ke Madura dengan kapal ferry. Itu duluuuuu.

Sesampainya di rumah singgah di dekat pelabuhan Kalianget sekitar pukul 3 pagi, kami semua memutuskan beristirahat. Karena disebut sebagai rumah singgah, maka seperti namanya, kami Cuma singgah beberapa jam sebelum akhirnya perahu motor kami berangkat sekitar jam setengah 7 pagi. Tempat singgahnya nyaman sekali meskipun Cuma berupa ruangan dengan dua kasur yang diletakkan di lantai dan bantal-bantal empuk. Kamar mandinya banyak. Dan bersih.

Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya naik perahu motor mengarungi samudera selama hampir 2,5 jam. Hahahaha. Asli bikin deg-degan luar biasa. Naik perahu motor mengarungi samudera aja takut, apalagi mengarungi bahtera rumah tangga sama kamu. Aseeeekkkkk! Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya sampai juga di pulau kecil Gili Labak yang bisa kita kelilingi dengan berjalan kaki hanya dengan 20 menit saja.

Pasir putihnya bersih dan lembut. Kalau disuruh menggambarkan, ada 2 jenis. Satunya seperti tepung panir. Dan satunya seperti mentega. Hahahahaha. Kalau airnya jernih sekali seperti permen fox. Eh sebut merk! Jernih seperti nutrijell yang sudah jadi.

Di Gili Labak pastinya harus snorkeling dong. Jadi ini pengalaman pertama kali saya ber-snorkling. Setelah bersusah payah membiasakan diri bernapas lewat mulut dan membiasakan tubuh yang sudah lamaaaaaaaaa gak berenang, akhirnya bisa ketemu bintang laut warna biru dan ikan-ikan kecil. Alhamdulillah. Diberi kesempatan menikmati ciptaan Allah. Indah sekali.

Udah gak peduli kulit gosong yang penting hati senang. Sekitar jam 3 sore, kami kembali ke pelabuhan Kalianget dengan perjalanan yang jauuuhhh lebih menegangkan dibanding pada saat berangkat. Hati Cuma bisa terus berdo’a semoga selamat sampai tujuan.

Sampai di rumah singgah, kami segera membersihkan diri untuk bersiap pulang. Saat pulang, kami sempat mampir ke rumah makan di pamekasan (kalau tidak salah), namanya Toko 17 Agustus, disitu menjual rawon yang enyaaakk dan menjual keripik singkong pedas yang juga gak kalah enak. Dengan badan pegal tapi hati senang, kami pulang dan sampai di Sidoarjo sekitar jam setengah 12 malam.