Sebelum Mei Berakhir
Sebelum Mei
berakhir.. hehehehe.. saya ingin menulis sesuatu yang bagi saya penting untuk
saya tulis sebagai bagian dari mengekspresikan apa yang ada dihati, sebelum
saya jadi gila karena memendamnya. Hahahahaha. It sounds crazy but I think its
true.
Waktu berlalu.
Semua berubah mengikuti tulisan takdir Allah. Saya tetap disini menikmati hidup
saya. Menikmati perubahan-perubahan yang terjadi. Menikmati kejadian-kejadian
yang baik dan buruk. Aahhhhh. Allah selalu punya cara sendiri untuk mengajarkan
banyak hal dan menunjukkan banyak hal. Allah seolah berkata “Tuh lihat!”
hahahahaha.
Sampai detik
ini. Sampai percapakan terakhir kami lusa kemarin yang notabene adalah pertengkaran.
Saya tidak menuntut apapun. Saya tidak menuntut ucapan terima kasih. Saya tidak
menuntut permintaan maaf. Saya bahkan tidak menuntut ucapan selamat tinggal. saya
tidak menuntut dia untuk berpamitan atau mengucap perpisahan. saya tidak
menuntut dia untuk segera pergi atau menuntut dia untuk tetap tinggal. Saya tidak
menuntut apapun.
Segala hal
yang terjadi dimasa lalu atau hal-hal yang saya lakukan untuk dia saya anggap
sebagai bagian dari tabungan kebaikan saya. Mungkin suatu saat nanti ketika
salah satu anggota keluarga saya sedang dalam kesusahan, maka akan ada orang
yang menolong. Mungkin ketika nanti saya butuh sesuatu, akan dimudahkan
semuanya oleh Allah. Keberhasilannya adalah kebahagiaan saya. Saya tahu bagaimana
perjuangannya, saya tahu susahnya, begitu pula saya tahu senangnya. Maka ketika
itu menjadi kebahagiaanya, maka saya akan turut berbahagia. Bahagia dengan
sempurna.
Ketika dia
sudah pergi, saya mengingat kata-kata dia yang berujar pada saya ketika saya
mendaftar CPNS untuk kementrian keuangan dan tahu kalau nilai CAT saya bagus, “Kamu
gak boleh kemana-mana. Tetep di Sidoarjo!”
Sekarang
saya tertawa. Lucu sebenernya kalau diingat.
Saya sih orangnya simple. Saya tidak peduli lagi soal dia mau nikah atau dia mau selingkuh. Honestly i don't care. Namun ketika saya harus disalahkan, diomeli dan dipermalukan di instagram hanya karena postingan perasaan yang itu diasumsikan dangkal. ketika saya harus mendengar cerita yang sebagian benar dan sebagian salah dari mulut seseorang yang harusnya diam. Lucu sekali. Kalau dirasa saya seakan-akan jadi kambing hitam dari sebuah hubungan yang saya sendiri tidak mengetahui pondasinya. Di sisi lain, perasaan saya dijadikan bulan-bulanan orang yang tidak berperasaan yang ada disekitarnya dan harus dihadapkan pada keadaan yang juga membuat saya jadi eneg.
Itulah kenapa saya memilih diam. Saya diam karena saya rasa itu hal terbaik yang bisa saya lakukan untuk diri saya sendiri. Saya diam karena saya tidak ingin berurusan lagi dengan dia, dia, dia dan dia dan dia dan dia dan dia dan dia.
Saya hanya akan dekat dengan orang-orang yang membuat saya tenang, berpikiran positif dan bahagia.
Saya sih orangnya simple. Saya tidak peduli lagi soal dia mau nikah atau dia mau selingkuh. Honestly i don't care. Namun ketika saya harus disalahkan, diomeli dan dipermalukan di instagram hanya karena postingan perasaan yang itu diasumsikan dangkal. ketika saya harus mendengar cerita yang sebagian benar dan sebagian salah dari mulut seseorang yang harusnya diam. Lucu sekali. Kalau dirasa saya seakan-akan jadi kambing hitam dari sebuah hubungan yang saya sendiri tidak mengetahui pondasinya. Di sisi lain, perasaan saya dijadikan bulan-bulanan orang yang tidak berperasaan yang ada disekitarnya dan harus dihadapkan pada keadaan yang juga membuat saya jadi eneg.
Itulah kenapa saya memilih diam. Saya diam karena saya rasa itu hal terbaik yang bisa saya lakukan untuk diri saya sendiri. Saya diam karena saya tidak ingin berurusan lagi dengan dia, dia, dia dan dia dan dia dan dia dan dia dan dia.
Saya hanya akan dekat dengan orang-orang yang membuat saya tenang, berpikiran positif dan bahagia.
Comments
Post a Comment