Media Media Media
Semakin hari semakin banyak kontroversi dan bermunculan indikasi bahwa powerless man akan semakin termarginalkan. Banyak hal yang merujuk pada kenyataan itu. Kebebasan mengajukan keluhan pada pelayanan instansi tertentu bisa berbuntut panjang, seperti kasus yang baru-baru ini terjadi. Lalu kedudukan yang tidak egaliter antara Indonesia dan Malaysia juga menunjukkan siapa yang lebih kuat dan siapa yang lebih lemah
Kasus Manohara yang layaknya sinetron bersambung di infotainment akhirnya menemui titik terang. Berpulangnya Manohara seperti menyambut kedatangan tamu agung. Lalu bagaimana penyambutan terhadap pahlawan devisa di negeri orang? Itu masih menjadi PR bagi pemerintah.
Ini yang aku rasakan pula pada pertelevisian indonesia. Siapa yang memegang kendali dalam mencerdasakan bangsa melalui media dipegang oleh pemilik modal. Hari ini aku datang dalam sebuah acara yang berjudul rambu-rambu acara pertelevisian di bulan ramadhan. Sebenarnya itu dinamakan dialog publik, namun pada kenyataannya itu bukanlah dialog publik. Karena pada dasarnya, aku melihat dan merasakan secara langsung dialog publik yang sebenarnya adalah pada saat di bangku kuliah. Dimana pertukaran pendapat sangat intens terjadi dan bisa-bisa saling ‘bantai’ antar teman. Dan you know what? Banyak dari peserta dialog publik memberikan suara dan malah kebanyakan dari mereka sibuk dengan handphone masing-masing. HIDUP MAHASISWA!! :D
agak miris juga sih kalau mengingat hal itu apalagi mereka adalah seseorang atau badan yang memberikan andil besar dalam mencerdasakan bangsa selain hanya menginformasikan banyak hal lainnya.
semoga saja sih, pertelevisian kita semakin hari semakin mengalami perbaikan di berbagai segi. amiiiinnnn. biar salah satu fungsi pers yakni mencerdaskan bangsa dengan memberi informasi-informasi berkualitas, bisa terpenuhi.
Kasus Manohara yang layaknya sinetron bersambung di infotainment akhirnya menemui titik terang. Berpulangnya Manohara seperti menyambut kedatangan tamu agung. Lalu bagaimana penyambutan terhadap pahlawan devisa di negeri orang? Itu masih menjadi PR bagi pemerintah.
Ini yang aku rasakan pula pada pertelevisian indonesia. Siapa yang memegang kendali dalam mencerdasakan bangsa melalui media dipegang oleh pemilik modal. Hari ini aku datang dalam sebuah acara yang berjudul rambu-rambu acara pertelevisian di bulan ramadhan. Sebenarnya itu dinamakan dialog publik, namun pada kenyataannya itu bukanlah dialog publik. Karena pada dasarnya, aku melihat dan merasakan secara langsung dialog publik yang sebenarnya adalah pada saat di bangku kuliah. Dimana pertukaran pendapat sangat intens terjadi dan bisa-bisa saling ‘bantai’ antar teman. Dan you know what? Banyak dari peserta dialog publik memberikan suara dan malah kebanyakan dari mereka sibuk dengan handphone masing-masing. HIDUP MAHASISWA!! :D
agak miris juga sih kalau mengingat hal itu apalagi mereka adalah seseorang atau badan yang memberikan andil besar dalam mencerdasakan bangsa selain hanya menginformasikan banyak hal lainnya.
semoga saja sih, pertelevisian kita semakin hari semakin mengalami perbaikan di berbagai segi. amiiiinnnn. biar salah satu fungsi pers yakni mencerdaskan bangsa dengan memberi informasi-informasi berkualitas, bisa terpenuhi.
Comments
Post a Comment