(NOT) Happy February : Saya Ditabrak Motor Dan Pengendaranya Adalah....
Saya barusaaaaaaaaan
ditabrak motor yang mana dikendarai oleh anak SMP. Gosh!!! Begini kronologinya…
saya hendak belok ke arah kanan yang mana itu adalah gang masuk ke rumah saya.
Saya yakin sekali kalau saya sudah menyalakan lampu riting kanan. Saya tidak
menyalakan lampu riting secara mendadak, setidaknya 3-4 meter sebelumnya saya
sudah menyalakannya. Setelah melihat kendaraan yang datang dari arah
sebaliknya, ternyata kosong dan sepi, saya belok ke kanan. Jadi ada sekitar dua
tiga detik lah saya berhenti didepan gang sebelum akhirnya berbelok. Dan dari
arah belakang, saya ditabrak dengan kecepatan yang lumayan kencang dari arah
kanan. Ya Allah Ya Rabb.
Dari
perkiraan saya, pelajar tadi mengobrol sambil menyetir dengan teman yang
diboncengnya. Konsentrasinya terpecah antara ke jalanan dan entah hal yang
lainnya. Kaget dan
shock. Tapi saya entah kenapa Cuma senyum-senyum. Saya ga bisa marah. Si dua
anak SMP tadi sepertinya ketakutan. Saya juga ga tega minta banyak ganti rugi
meskipun spion kanan hancur dan badan motor juga banyak goresannya. Plat nomer
kelipet ga jelas. Secara fisik, kaki kanan sedikit memar dan dengkul juga
nyut-nyutan. Alhamdulillah, saya tadi pake sepatu tertutup sampai diatas mata
kaki, jadi kaki Alhamdulillah terlindungi. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Memang
tidak begitu parah.
Satu bulan
yang lalu, Ibu saya juga diserempet motor, yang mana juga dikendarai anak yang
masih dibawah umur, kalau ga SMP ya masih SD. Dari pengamatan fisik. Motor yang
dikendarai ibu saya akan mendahului truck tapi kemudian tidak jadi ketika dari
arah sebaliknya, melintas motor dengan kecepatan sangat tinggi, yang dikendarai
anak dibawah umur tersebut. Saking kencangnya, spion kanan juga hilang. I mean
beneran hilang. Udah ga ada kacanya dan ga ada batangnya juga. dan saking
kencangnya, name tag ibu saya hilang dalam sekejap. Dan ibu saya sampai ga
nyadar itu spion dan name tag hilang begitu saja. Dan untungnya tidak ada yang
jatuh.
Minggu lalu,
didaerah tempat saya tinggal. Seorang penjual tempe meninggal karena ditabrak
anak SMA yang juga melaju dengan luar biasa kencang di perempatan jalan. Sang
penjual tempe meninggal ditempat dan sekarang anak SMA itu juga dalam keadaan
kritis di rumah sakit. Menurut berita yang beredar, bapak penjual tempe tadi sudah
berjalan pelan. Sedangkan anak SMA tadi terlalu kencang, jadi tidak bisa
menghindar lagi. Ya Allah.
Tiga
kejadian yang saya ceritakan diatas adalah kisah nyata dan memiliki kesamaan
yakni sama-sama terjadi di jalanan kampung dan berurusan dengan pengendara yang
masih pelajar. Mungkin karena dijalanan kampung, yang mana biasanya sepi dan
tidak ada rambu-rambu tertentu yang perlu dipatuhi, jadi pengendara agak lengah
dan berkendara seenaknya.
Saya jadi
ingat iklan layanan masyarakat yang dengan jelas menunjukkan ada orangtua yang
membelikan anaknya sepeda motor karena naik kelas. Lalu terjadi kecelakaan dan
di anak lumpuh. Ahhh, tapi sepertinya masih belum nyantol juga pesan moralnya
ke masyarakat. Jelas-jelas itu bukan pilihan bijaksana membiarkan anak yang
belum cukup umur mengendarai motor. That’s why kenapa permohonan SIM hanya
diperuntukkan untuk usia diatas 16 tahun (tolong dibetulkan kalau saya salah).
Ada
pertimbangan kondisi psikis. Secara gampangnya, orang dewasa akan lebih mawas
diri dan tidak mudah terpancing emosi. Baik itu kondisi bahagia atau sedih.
Sedangkan berkendara, membutuhkan kestabilan kondisi psikis. Rasa bertanggung
jawab terhadap diri sendiri juga menjadi faktor penting karena hal ini juga
akan membawa perasaan untuk tetap berhati-hati dan pemikiran yang jauh kedepan
terhadap akibat yang akan terjadi. Anak yang masih muda sebagian besar mungkin
lebih cenderung berpikir pendek dan suka grusah-grusuh. Kondisi emosional
inilah yang jadi pemicu. Ini hanya analisis mentah saya yang bukan seorang
psikolog. Anak muda merasa lebih keren kalau bisa naik motor dan ngebut. Anak
muda menurut saya memiliki rasa takut yang rendah. Benar kata Rhoma Irama, masa
muda masa berapi-api. Masa dimana ingin mencoba hal baru dan menantang
adrenalin.
Kita ga bisa
hanya mengandalkan pihak kepolisian yang mengurusi surat ijin mengemudi.
Menurut saya harus ada bantuan dari masyarakat khususnya orangtua. Paradigma
orangtua juga harus diubah tentang kepemilikan motor ini. Banyak kok orangtua
yang bangga sekali anaknya bisa naik motor. Tetangga saya, masih SD sudah bisa
naik motor jauhhhhhh sebelum saya bisa naik motor matic. Apalagi rasa bangga
itu juga muncul lantaran orangtua merasa mampu untuk membelikan motor pada
anaknya.
Banyak
sekali faktor agar selamat berkendara, salah satunya kondisi tubuh yang fit dan
kondisi mental yang stabil. Bukan hanya kemahiran menaiki motor atau bentuk
tubuh yang bongsor. Saya tahu sekali bagaimana enaknya bisa naik motor karena
mempermudah akses kita ke tempat yang kita inginkan. Saya tahu sekali pelajar
pasti akan sangat terbantu dengan adanya motor. Misalnya kerja kelompok, ke
warnet, foto kopi atau kegiatan ekskul. Karena saya juga pernah muda. Hehehe.
Tapi sekali lagi, kondisi emosional nya belum memenuhi syarat dalam berkendara
dan diberi tanggung jawab berkendara di jalan.
Lebih baik
ditahan dulu keinginan naik motornya sampai usia mencukupi. Agar tidak membawa
kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.
thx for reading!
Comments
Post a Comment