Menetralkan, Mematirasakan, Menyamaratakan.

Saya tidak mengerti dengan perasaan yang sebenarnya saya rasakan sekarang.

Saya akui saya mulai perlahan-lahan menghapus perasaan saya padanya. Dengan penuh perjuangan dan air mata (hahahaha lebay sih, but it’s true). Saya berhasil menetralkan perasaan saya padanya. Saya bisa tersenyum dan tidak menggubris apapun perkataan orang tentang kami berdua. Saya bisa dengan biasa saja membantu pekerjaannya. Saya bersikap layaknya teman biasa meskipun dia masih tetap hobi mencubiti saya. Dia masih dengan nada bercanda mengajak saya pulang ke rumah orangtuanya entah mungkin sudah ketujuh kalinya, mengajak saya nonton dan jalan-jalan ke Malang. Saya berusaha menetralkan semuanya. Saya mematirasakan perasaan saya padanya. Menyamaratakan perasaan saya padanya sama seperti teman-teman saya yang lain. yah, saya sedikit demi sedikit berhasil.

Beberapa hari yang lalu, saya tidak menyangka saya mendapat bbm dari orang yang sudah lebih dulu dan pernah memilikinya. Saya tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sesungguhnya saya juga tidak pernah membayangkan akan bicara langsung dengan dia meskipun lewat tulisan. In a million years, I would never imagine that this would happen to me.

Sebenarnya percakapan kami bukanlah percakapan basa-basi dan penuh amarah, sejauh yang bisa saya tangkap dari pilihan kata-katanya. Yah saya anggap dia tidak marah dan benci pada saya. Karena posisi saya yang tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dan saya dalam proses heal my heart, Saya juga bersikap biasa saja. Saya menjawab semua pertanyaannya dan menceritakan hampir semua kejadiannya.

Saya amat sangat mengerti posisinya dan saya maklumi itu. Dia jelas mempertanyakan sejak kapan kami dekat yang jelas-jelas kedekatan kami adalah ketika dia masih berstatus tidak single. Pertanyaan yang pasti akan dia tanyakan dan memang dia utarakan pada saya adalah kenapa ketika itu saya tahu dia punya pacar tapi saya masih tetap berhubungan dengan dia? Sangat wajar saya rasa dia melontarkan pertanyaan itu. Jawabannya ada tiga, saya menyayangi dia, dia menahan saya agar tidak pergi, dan kami berdua tidak benar-benar ingin menjauh dari yang lain.

Hati saya terluka ketika disatu percakapan kami, dia menyatakan bahwa saya tetap saja salah karena saya tahu dia sudah punya pacar tapi kami tetap berhubungan. Dia bahkan mempertanyakan hati saya terbuat dari apa padahal kita sama-sama perempuan. Saya membacanya sambil menahan diri untuk tidak menangis.

Saya sadar sekali dilihat dari berbagai sudut pandang, saya adalah yang bersalah. Saya tidak benar-benar berusaha menjauh dari dia. Posisi saya yang dianggap sebagai teman kesepian, seperti yang dituduhkan dia, juga menjadikan saya sebagai tersangka. Meskipun tidak semua kesalahan harus dibebankan pada saya, karena hal itu terjadi karena berbagai alasan.

Hati yang sudah dari awal saya tata dan saya bangun boundaries disekelilingnya menjadi runtuh untuk kedua kalinya. Yah, saya patah hati tapi bukan karena cinta. Tapi karena rasa bersalah dan kasihan terlebih ketika saya tahu bahwa cinta saya tak sebanding dengan cintanya. Cinta dia jauuuuh lebih besar. Mungkin saya yang terlalu berlebihan, tapi saya merasa tidak pantas.

Secara tidak langsung, dia, mantan kekasihnya, yang mengirim saya bbm, menjadi penghubung antara saya dan dia. Perasaan saya yang dulu muncul lagi. Saya yang sudah tidak pernah lagi membicarakan perasaan dan urusan pribadi, menjadi punya alasan untuk saling bicara lebih. Hati saya mengingat kenangan-kenangan kami termasuk bagaimana rasanya terbuang dan ditinggalkan tanpa penjelasan. Perasaan sedih saya menyeruak ke permukaan bercampur dengan rasa bersalah. Yes, you put tears on my face. Then i realized that i'm not get over him yet. Jadi dengan segala pertahanan hati saya yang tersisa, saya menyuruhnya menikahi dia.

Dengan banyak masukan dari teman-teman, saya memutuskan untuk tidak berhubungan lagi. Saya menghapus kontak dia agar saya merasa lebih tenang. Ini saya lakukan semata-mata untuk diri saya sendiri. Tidak ada rasa benci sedikitpun. Because I’am not hater. Saya tidak mau berhubungan dengan dia dan orang-orang yang ada sangkutpautnya dengan dia.

Yah, I know there’s a lot of dia here. But thanks for reading.

Comments

Popular Posts