Appreciation, Respect, valuation
Appreciation, Respect, valuation, Tiga kata ini memiliki kedekatan hubungan dengan kata-kata reward, award, prize dan admire. Tapi memiliki efek yang berbeda bila dilakukan pada orang lain.
Menghargai atau penghargaan kita terhadap orang lain bisa dilakukan dengan banyak cara. Yakni dengan mencoba berempati. Berempati yaitu cara kita memandang dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Berempati tidak gampang karena itu membutuhkan keikhlasan dan rasa syukur.
Pembelajaranku mengenai penghargaan dan menghargai orang lain terjadi pada saat SMA. Bukan hal yang besar. Ini hal kecil tapi sangat mengena dan sampai sekarang selalu saya ingat.
Sewaktu SMA, saya memang aktif di dunia tulis-menulis. Dalam salah satu penelitian, saya diharuskan untuk mencari literature di universitas. Pergilah saya ke UNAIR di kampus C. sebelumnya kepergian saya dan dua teman, tidak mendapat restu guru tapi kita nekat pergi. Saya selalu pasrah dengan absen saya yang selalu terisi penuh. Saya tidak begitu menghiraukan mengenai kegiatan ‘bolos tapi bermanfaat’ itu. Saya agak kecewa pada saat salah satu teman saya justru membuatkan surat ijin dengan tanda tangan palsu dan tanpa persetujuan saya. Saya agak marah sih bercampur takut. Takut kalau ketahuan tanda tangan itu palsu.
Namun salah satu temanku dengan tegas bilang. “Tapi kan dia sudah berniat baik. Setidaknya kamu menghargai niat baiknya.”
Itu yang aku ingat terus bahwa hargai niat baik orang apalagi kalau niat baik itu dilakukan dengan penuh pengorbanan yang tidak mudah. Jadi hargailah niat baik orang meski niat baiknya itu akan membawa efek buruk bagi kita. Jadi sabar saja.
Menghargai atau penghargaan kita terhadap orang lain bisa dilakukan dengan banyak cara. Yakni dengan mencoba berempati. Berempati yaitu cara kita memandang dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Berempati tidak gampang karena itu membutuhkan keikhlasan dan rasa syukur.
Pembelajaranku mengenai penghargaan dan menghargai orang lain terjadi pada saat SMA. Bukan hal yang besar. Ini hal kecil tapi sangat mengena dan sampai sekarang selalu saya ingat.
Sewaktu SMA, saya memang aktif di dunia tulis-menulis. Dalam salah satu penelitian, saya diharuskan untuk mencari literature di universitas. Pergilah saya ke UNAIR di kampus C. sebelumnya kepergian saya dan dua teman, tidak mendapat restu guru tapi kita nekat pergi. Saya selalu pasrah dengan absen saya yang selalu terisi penuh. Saya tidak begitu menghiraukan mengenai kegiatan ‘bolos tapi bermanfaat’ itu. Saya agak kecewa pada saat salah satu teman saya justru membuatkan surat ijin dengan tanda tangan palsu dan tanpa persetujuan saya. Saya agak marah sih bercampur takut. Takut kalau ketahuan tanda tangan itu palsu.
Namun salah satu temanku dengan tegas bilang. “Tapi kan dia sudah berniat baik. Setidaknya kamu menghargai niat baiknya.”
Itu yang aku ingat terus bahwa hargai niat baik orang apalagi kalau niat baik itu dilakukan dengan penuh pengorbanan yang tidak mudah. Jadi hargailah niat baik orang meski niat baiknya itu akan membawa efek buruk bagi kita. Jadi sabar saja.
Comments
Post a Comment