Saya suka travelling
Sungguh saya suka travelling. Tapi saya tidak pernah punya kesempatan untuk itu. Saya tidak bisa mengendarai sepeda motor apalagi mobil. Dan saya belum punya uang untuk mewujudkan hobi saya ini.
Kegiatan travelling saya adalah rekreasi SMP SMA dan rekreasi yang lainnya sebatas pulau Jawa-Bali. Itu tetap bernama travelling tapi saya memiliki definisi lain mengenai travelling. Menurut saya travelling adalah kegiatan bersenang-senang yang dilakukan di luar area yang kita kenal sebelumnya dan tanpa jadwal yang membatasi.
Jadi saya belum bisa kemana-mana. Apalagi going abroad (yang termasuk dalam resolusi umur saya yang ke 23). Berulang kali saya mencoba keluar negeri dengan cara :
1. Ikut program magang dari salah satu dosen saya, pilihannya ke Aussie, Thailand dan Korea Selatan.
2. 2 kali Mendaftarkan diri dalam program beasiswa ke Korea Selatan.
Dan ke 3 kesempatan itu gagal. Yah apa boleh buat sudah nasib saya. Hahahaaa. Tapi saya belum kapok mencoba peruntungan dengan ikut program beasiswa S2. Siapa tahu Tuhan mewujudkan do’a saya. Aminnnn
Karena keterbatasan itu, saya akhirnya menempuh jalan lain, yakni melakukan travelling menggunakan sepeda. Saya bersepeda dari rumah saya ke rumah nenek saya yang jaraknya sekitar 10 kilometer. Itu saya lakukan setelah sholat subuh di hari minggu. Rute yang saya tempuh cukup beragam. Saya lewat pasar kaget yang menjual APAPUN. Dari celana dalam dan bra hingga ular dan monyet. Semua ada disana.
Kemudian saya melewati sawah yang cukup luas. Selain perumahan dan jalan tikus tentunya. Saya banyak melakukan observasi kebeberapa kegiatan penduduk selama perjalanan itu. Banyak hal menarik yang bisa membuat mata saya segar dan paru-paru saya terisi oksigen bersih.
Lama-lama saya jadi menggeser definisi travelling yang saya pegang sebelumnya. Ternyata travelling itu intinya perasaan setelah kita melakukan travelling. Bukan proses kita menghabiskan uang, naik pesawat atau kendaraan apa, tujuan kita atau dimana kita akan menginap. Ternyata travelling itu tentang perasaan haru saya ketika melihat satu keluarga kecil bersepeda bersama di minggu pagi terlihat sangat romantis dan membuat saya berjanji untuk melakukan ritual bersepeda jikalau nanti saya sudah berkeluarga.
Travelling itu ternyata tentang bagaimana saya punya waktu untuk diri saya sendiri menikmati lingkungan di sekitar saya. Saya bersepeda sambil berintrospeksi, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang diri saya sendiri. My quality time between me and my self.
Jadi bersepedalah. Sendirian. Ke tempat dimana anda biasa pergi kesana dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Kegiatan travelling saya adalah rekreasi SMP SMA dan rekreasi yang lainnya sebatas pulau Jawa-Bali. Itu tetap bernama travelling tapi saya memiliki definisi lain mengenai travelling. Menurut saya travelling adalah kegiatan bersenang-senang yang dilakukan di luar area yang kita kenal sebelumnya dan tanpa jadwal yang membatasi.
Jadi saya belum bisa kemana-mana. Apalagi going abroad (yang termasuk dalam resolusi umur saya yang ke 23). Berulang kali saya mencoba keluar negeri dengan cara :
1. Ikut program magang dari salah satu dosen saya, pilihannya ke Aussie, Thailand dan Korea Selatan.
2. 2 kali Mendaftarkan diri dalam program beasiswa ke Korea Selatan.
Dan ke 3 kesempatan itu gagal. Yah apa boleh buat sudah nasib saya. Hahahaaa. Tapi saya belum kapok mencoba peruntungan dengan ikut program beasiswa S2. Siapa tahu Tuhan mewujudkan do’a saya. Aminnnn
Karena keterbatasan itu, saya akhirnya menempuh jalan lain, yakni melakukan travelling menggunakan sepeda. Saya bersepeda dari rumah saya ke rumah nenek saya yang jaraknya sekitar 10 kilometer. Itu saya lakukan setelah sholat subuh di hari minggu. Rute yang saya tempuh cukup beragam. Saya lewat pasar kaget yang menjual APAPUN. Dari celana dalam dan bra hingga ular dan monyet. Semua ada disana.
Kemudian saya melewati sawah yang cukup luas. Selain perumahan dan jalan tikus tentunya. Saya banyak melakukan observasi kebeberapa kegiatan penduduk selama perjalanan itu. Banyak hal menarik yang bisa membuat mata saya segar dan paru-paru saya terisi oksigen bersih.
Lama-lama saya jadi menggeser definisi travelling yang saya pegang sebelumnya. Ternyata travelling itu intinya perasaan setelah kita melakukan travelling. Bukan proses kita menghabiskan uang, naik pesawat atau kendaraan apa, tujuan kita atau dimana kita akan menginap. Ternyata travelling itu tentang perasaan haru saya ketika melihat satu keluarga kecil bersepeda bersama di minggu pagi terlihat sangat romantis dan membuat saya berjanji untuk melakukan ritual bersepeda jikalau nanti saya sudah berkeluarga.
Travelling itu ternyata tentang bagaimana saya punya waktu untuk diri saya sendiri menikmati lingkungan di sekitar saya. Saya bersepeda sambil berintrospeksi, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang diri saya sendiri. My quality time between me and my self.
Jadi bersepedalah. Sendirian. Ke tempat dimana anda biasa pergi kesana dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Comments
Post a Comment