Married and Domesticity
Semakin kesini semakin saya tahu bahwa pada dasarnya ada perbedaan antara menikah dan berumah tangga. Hal itu saya anggap menjadi pilihan yang tidak susah. Karena sebenarnya antara keduanya berhubungan dekat.
Saat memilih berumah tangga kita juga belum tentu sudah menikah, tapi kebanyakan di lingkungan kita (Indonesia) berumah tangga biasanya sudah pasti melewati tahap menikah.
Saat memilih menikah kita juga belum tentu dikatakan berumah tangga.
Menurut definisi saya, menikah itu sesuatu yang hanya melibatkan dua orang saja. Menikah, saling menafkahi, saling mencintai, bekerja memenuhi kebutuhan, seks dan tidak banyak dipengaruhi oleh orang di luar lingkup suami-istri ini.
Kalau berumah tangga, hampir sama dengan menikah namun porsi hubungan dengan orang di luar lingkup suami-istri ini cukup banyak. Selain itu juga ditambah dengan adanya financial plan, penambahan anak, dan lain-lain yang membutuhkan komitmen pada lebih dari 1 orang dan Tuhan tentunya.
Saya yakin mungkin banyak yang beranggapan bahwa saya bukan dalam kapasitas memberikan definisi ini. Karena saya belum menikah. Dan saya punya rencana sendiri soal menikah dan berumah tangga. Saya siap menikah. Tapi saya tidak siap berumah tangga.
Anggapan ini saya ambil dari pengamatan saya di lingkungan sekitar saya.
Menikah itu bisa jadi tidak membutuhkan persiapan. Kalau berumah tangga jelas banyak yang harus dipikirkan. Apalagi bila salah satu pihak keluarga atau keduanya punya karakter suka mengintervensi. Wah pasti semakin ruwet. Intervensi ini, menurut saya, tidak baik untuk kondisi kesehatan rumah tangga. Tapi itu wajar bila dilakukan di Negara kita, Indonesia.
Rumah tangga dan menikah punya satu kesamaan, yakni tanggung jawab pada Tuhan dan keduanya membutuhkan kemapanan. Yang pertama, memang jelas adanya. Kita saling mencintai dan membina hubungan antar sesama juga merupakan anjuran agama. Yang kedua memang harus dilakukan. Hidup butuh uang. Banyak orang bilang kalau uang tidak bisa membeli segalanya. Jujur saja, saya kurang setuju, karena ada beberapa hal dan kondisi yang mengharuskan kita memiliki a little bit more.
Saya tidak mengatakan kedua belah pihak harus memiliki pekerjaan. Namun bila keduanya bekerja, yang memilih menikah ini akan sangat membantu. Kalau untuk berumah tangga, menurut saya, wanita harus stay di rumah. Lebih parah lagi bila pihak laki-laki tidak bekerja. Maka saya rasa, laki-laki akan kehilangan powernya di rumah. Benar adanya kalau ada yang bilang, women see money as the key to independence. Men see money as power.
Saat memilih berumah tangga kita juga belum tentu sudah menikah, tapi kebanyakan di lingkungan kita (Indonesia) berumah tangga biasanya sudah pasti melewati tahap menikah.
Saat memilih menikah kita juga belum tentu dikatakan berumah tangga.
Menurut definisi saya, menikah itu sesuatu yang hanya melibatkan dua orang saja. Menikah, saling menafkahi, saling mencintai, bekerja memenuhi kebutuhan, seks dan tidak banyak dipengaruhi oleh orang di luar lingkup suami-istri ini.
Kalau berumah tangga, hampir sama dengan menikah namun porsi hubungan dengan orang di luar lingkup suami-istri ini cukup banyak. Selain itu juga ditambah dengan adanya financial plan, penambahan anak, dan lain-lain yang membutuhkan komitmen pada lebih dari 1 orang dan Tuhan tentunya.
Saya yakin mungkin banyak yang beranggapan bahwa saya bukan dalam kapasitas memberikan definisi ini. Karena saya belum menikah. Dan saya punya rencana sendiri soal menikah dan berumah tangga. Saya siap menikah. Tapi saya tidak siap berumah tangga.
Anggapan ini saya ambil dari pengamatan saya di lingkungan sekitar saya.
Menikah itu bisa jadi tidak membutuhkan persiapan. Kalau berumah tangga jelas banyak yang harus dipikirkan. Apalagi bila salah satu pihak keluarga atau keduanya punya karakter suka mengintervensi. Wah pasti semakin ruwet. Intervensi ini, menurut saya, tidak baik untuk kondisi kesehatan rumah tangga. Tapi itu wajar bila dilakukan di Negara kita, Indonesia.
Rumah tangga dan menikah punya satu kesamaan, yakni tanggung jawab pada Tuhan dan keduanya membutuhkan kemapanan. Yang pertama, memang jelas adanya. Kita saling mencintai dan membina hubungan antar sesama juga merupakan anjuran agama. Yang kedua memang harus dilakukan. Hidup butuh uang. Banyak orang bilang kalau uang tidak bisa membeli segalanya. Jujur saja, saya kurang setuju, karena ada beberapa hal dan kondisi yang mengharuskan kita memiliki a little bit more.
Saya tidak mengatakan kedua belah pihak harus memiliki pekerjaan. Namun bila keduanya bekerja, yang memilih menikah ini akan sangat membantu. Kalau untuk berumah tangga, menurut saya, wanita harus stay di rumah. Lebih parah lagi bila pihak laki-laki tidak bekerja. Maka saya rasa, laki-laki akan kehilangan powernya di rumah. Benar adanya kalau ada yang bilang, women see money as the key to independence. Men see money as power.
Comments
Post a Comment