Family Matters : Sibling (or bestfriend) rivalry
Seperti kata
Charles Darwin mengenai seleksi alam. Siapa yang lolos seleksi alam maka dia
yang akan bertahan. Hahaha. Ga seserem itu juga kali. Seleksi itu menuntut kita
untuk terus bersaing. Dengan siapapun bahkan dengan saudara atau sahabat kita
sendiri. Banyak lah yang merasakan, kalau kita bagian dari keluarga dengan
jumlah saudara yang banyak. Persaingan ini bisa jadi dalam mencari perhatian
orang tua, dan sebagainya. Sepertinya hampir semua orang juga pernah
mengalaminya. Termasuk saya. Apalagi saya dan adik perempuan saya hanya
terpisah beberapa tahun. Sepertinya, mama saya sudah menyadari hal itu sehingga
dari kecil kita berdua pasti diberi baju yang sama meskipun kami bukan anak
kembar. Sepertinya ini bukan Cuma menjadi cara mama saya untuk menyalurkan hobi
mendandani anaknya saja. Positive thinking-nya, Ini jadi sebuah simbol dimana,
orang tua saya menginginkan anaknya menyadari bahwa kami berdua diperlakukan
sama rata. Hahaha.
Siapa yang
tidak pernah bertengkar dengan saudara/teman? Sepertinya semua orang juga
pernah. Konflik ini muncul akibat dari banyak hal. Kalau saudara, bisa bersaing
untuk mendapatkan perhatian dari orang tua. Kalau teman, bisa bersaing untuk
mendapatkan nilai terbaik di sekolah dan sebagainya. Tetapi intinya tetap untuk
mencari perhatian sih. Misalnya kalau antar teman, kita bersaing menjadi yang
paling fashionable, menjadi yang paling aktif di ekskul, menjadi yang paling
berprestasi. Selama itu bersaing dalam hal positif sih ga papa. Persaingan ini
juga tidak bisa dilepaskan dari faktor lain, misalnya orang tua/tante/nenek
kita yang suka membanding-bandingkan kita dalam segala hal. Ini pemicu juga
kadang bisa sampai bikin badmood (Note : Curhat!) Hahaha.
Timbulnya
rasa ingin lebih dari orang lain dan sifat yang kompetitif antar saudara/teman
adalah hal yang wajar. Akan menjadi tidak sehat kalau ini jadi membentuk ‘plak’
di hati kita. Kalau plak di gigi sih ga akan seberbahaya plak di hati. Plak di
hati yang akan menumpuk ini bisa jadi bom waktu yang nanti akan meledak, entah
kapan. Kuncinya sih bagaimana kita menganggap ini sebagai sebuah persaingan
antar saudara/teman yang mendewasakan kita. Komunikasi penting banget dalam
berbagai aspek kehidupan termasuk dalam persaingan dengan teman/saudara. Biar
persaingan ini ga jadi tambah panjang. Satu hal lagi yang penting adalah dalam
persaingan ini harus tetap menjadi persaingan yang sehat. Tidak menghalalkan
segala cara demi memenangkan persaingan.
Dari dulu
saya selalu yakin kalau tidak akan pernah kita bisa dekat dengan seseorang
sampai kita bertengkar/arguing dengan mereka. Ini saya sadari betul. Karena
ketika kita mulai bertengkar, akan ada masa dimana kita saling menyesuaikan dan
memahami sudut pandang orang yang sebagai ‘lawan’ kita. Karena masa memahami
dan menyesuaikan ini, maka kita akan semakin tahu dan mengerti kenapa dia
(saudara/teman) bereaksi seperti itu. Positive side dari rivalry ini bisa
membangun bonding yang kuat antar saudara dan teman. Saya bisa bilang kalau, bonding
yang ada antara saya dan adik perempuan lebih kuat dibandingkan dengan adik
laki-laki.
Pasti kita
masing-masing punya ingatan ‘buruk’ tentang bagaimana pertengkaran/arguing kita
dengan saudara/teman. Itu bisa jadi sesuatu yang kita tertawakan tapi ada pula
yang menjadi beban dan terbawa sampai usianya bukan anak-anak lagi. Kalau
menurut saya sih, ingatan itu akan tetap ada. Dan beban itu tidak akan
berkurang kalau kita tidak mau berbesar hati untuk memaafkan dan menerima.
Lagian saudara/teman kita lebih banyak memberikan hal-hal yang menyenangkan
dalam hidup kita dari pada hal yang menyebalkan. Family always has your back
yay!!
Ini
pengalaman saya dealing with sibling rivalry. Saya rasa persaingan ini jarang
tumbuh pada saudara dengan jenis kelamin berbeda dan jarak kelahiran yang cukup
jauh. Jadi selamat bersaing secara sehat.
Ps: Apakah
persaingan ini juga tumbuh diantara saudara laki-laki??
Comments
Post a Comment