Urgently Needed : Ibu Rumah Tangga Kreatif dan Produktif
Gosip. Ah
siapa yang tidak suka bergosip. Saya juga bergosip. Bahkan laki-laki juga suka
bergosip tapi dengan intensitas yang lebih jarang dari perempuan. Gosip menjadi
menyenangkan dilakukan karena pada saat itu kita menfokuskan diri pada
kesalahan dan kekurangan orang lain, (ujung-ujungnya) memanipulasi fakta atau
menambah sedikiiiiiiitttt saja informasi tambahan. Istilahnya ketika kita
bergosip, kita melupakan sejenak hidup kita sendiri. Gosip itu akan berujung
pada sebuah fitnah. Kebanyakan sih seperti itu. Itulah kenapa hal ini berbahaya
dan berdosa.
Gosip bisa
juga sebagai sanksi sosial. misalnya perbuatan seseorang yang di luar norma dan
aturan yang berlaku ATAUUUU bisa juga karena seseorang hidup dengan cara
berbeda dan berpenampilan berbeda. Lalu digosipkan oleh orang lain. Teori ini
memang bukan hal baru, hanya saja saya merasakannya sekarang. Menjadi berbeda
memang akan selalu dianggap controversial (in positive ways) dan jadi sasaran
empuk untuk digosipin. Itulah yang terjadi. Huff.
Nah
akhir-akhir ini, mama saya sedikit kesal karena kami sekeluarga menjadi bahan
gosip. Sebenarnya kami sekeluarga sudah dari dulu menjadi bahan gosip. Hahaha.
Berasa jadi artis. Cuman yang terakhir kemarin itu, bener-bener tidak sesuai
dengan kenyataan dan kesannya jadi memfitnah dan yang jadi objek adalah adik
saya. Saya tidak perlulah menceritakan detail fitnahnya seperti apa karena
memang bikin sakit hati.
Saya jadi
benar-benar tahu bahwa menjadi ibu rumah tangga yang kreatif dan produktif
sangat dibutuhkan untuk meminimalisir dosa dan bisa jadi menambah penghasilan.
Dari yang saya teliti, dari jam Sembilan pagi sampai hampir siang hari, ibu-ibu
yang tidak produktif ini bersosialisasi dengan teman sejawatnya (wkwkwkwkwk).
Mereka
menghabiskan lebih dari tiga-empat jam di pagi hari untuk bersosialisasi dan
biasanya akan ditambah lagi pada sore hari dan malam hari. Belum lagi ketika
ada arisan dan kegiatan-kegiatan lain. Saya tidak menyalahkan mereka sih karena
menjadi ibu rumah tangga juga adalah karir yang sangat mulia dan harusnya
mendapat gaji tertinggi di muka bumi. Tapiiiiiiii, alangkah baiknya kalau
memaksimalkan waktu di rumah selama anak-anak sekolah dan suami mencari nafkah
adalah dengan melakukan hal-hal yang positif. Mengeksplorasi kemampuan dan
bakat. Misalnya, bikin kue, les menjahit, les bordir, ikut senam body language,
dan lain-lain.
Saya menulis
ini karena saya sedikitttttt mengerti dan memiliki kondisi yang sama dengan
mereka. Saya masih menunggu. Menunggu banyak hal. Menunggu pengumuman beasiswa
S2. Menunggu panggilan kerja. Selain itu mencoba menjadi seorang entrepreneur.
Saya mengembangkan usaha cushion. Saya membuat macaroon. Saya membuat sabun
mandi handcrafted. Menulis novel. Menulis cerpen untuk dikirimkan ke
majalah-majalah. Waktu saya, saya habiskan di rumah. Oleh karena itu saya tahu
betapa membosankannya berada di rumah sendirian. Tapi itu tidak membuat saya
lantas overdosis dalam bersosialisasi dan membicarakan hidup orang lain.
Hipotesis
saya, mungkin ibu rumah tangga dipandang oleh ibu rumah tangga itu sendiri
hanya sebatas sebuah kewajiban dan dipilih karena tidak punya pilihan lain.
Seharusnya profesi ibu rumah tangga bisa sangat menguntungkan. Karena ibu rumah
tangga diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan diri apalagi kalau
anak-anak mereka sudah besar. Salah satu tetangga saya, ada yang membuka usaha
laundry dan menghasilkan tambahan penghasilan dari sana. Tapi sayangnya tidak
semua orang memilih option tersebut dan berpikiran sama. Kembali lagi sih
kepada individu masing-masing. Tapi saya bisa katakan kalau Ibu rumah tangga
bisa eksis tanpa berghibah kok.
Dari
pengalaman ini juga saya jadi memiliki harapan, bila suatu saat nanti, misalkan
saya diharuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak serta suami,
saya akan menjadi istri dan ibu rumah tangga yang kreatif dan produktif.
Hihihi. Hidup ibu rumah tangga!!
Comments
Post a Comment