Diary

Saya termasuk orang yang susah terbuka dengan orang lain. Saya selalu merasa kalau saya menceritakan diri saya atau tentang diri saya. Setengah (atau berapapun jumlahnya) diri saya akan saya titipkan pada orang lain. Misalnya orang lain itu memutuskan untuk membocorkan rahasia saya atau informasi tentang saya, saya akan kehilangan setengah diri saya dan perasaan saya pada orang itu akan berubah meski saya akan bersikap biasa saja. Intinya menitipkan rahasia dan informasi pada orang lain, saya pandang sebagai sebuah perbuatan penuh resiko.

Saya sendiri tidak tahu kenapa saya seperti ini. Saya juga lupa apakah saya pernah dikhianati orang atau apa. Saya cukup was-was dengan hal itu. Oleh karena itu saya punya hobi menulis diary. Meskipun ada beberapa hal yang tidak saya ceritakan yang sifatnya sangat pribadi. Saya menulis diary sejak SD sampai sekarang. Dan hampir semua diary saya masih ada. Saya kehilangan satu diary yang saya tulis saat semester 5 atau 6. Saya lupa. Padahal isinya lumayan pribadi. Saya masih mencoba mengingat-ingat dimana saya meninggalkannya. Atau memang sudah hilang.

Diary yang paling berkesan buat saya adalah diary SD yang sampai sekarang kuncinya belum ketemu. Dan saya tidak berniat untuk merusak kuncinya. Rasanya malu dan lucu mengingat pada saat SD saya ingat saya menulis tentang tetangga yang saya taksir. Hiiiiiii.



Sekarang sudah lumayan jarang menulis diary. Males nulisnya. Kalau tidak benar-benar sumpek dan suntuk, saya memilih melampiaskannya ke tempat lain. Kalau sudah berdarah-darah (????!!!!) dan bercucuran air mata, baru deh nulis.

Comments

Popular Posts