Curhat Dong!

Semua orang butuh curhat. Curhat adalah salah satu alternative membagi beban agar kita ga stress-stress amat. Bahasa gampangnya begitu. Selain itu curhat juga jadi cara mencari masukan, kritik dan jalan keluar untuk suatu masalah. Saya bisa bilang kalau semua orang pernah curhat dan dicurhatin. Sudah menjadi hal yang manusiawi melakukan komunikasi interpersonal entah dilakukan oleh dosen-mahasiswa, presiden-menteri, antar teman, atau antar tetangga.
Tetapi curhat juga butuh rambu-rambu yang harus dipatuhi. Tidak hanya lalu lintas sajoooo. Agar kegiatan curhat bermanfaat dan menghasilkan jalan keluar dan yang lebih penting, berhasil mengangkat beban di pundak kita.

Yang Curhat :
Curhat juga butuh aturan, aturan terpenting adalah pemilihan orang yang ingin dicurhati. Criteria paling bagus untuk orang yang tepat bagi kita untuk dicurhatin adalah bisa dipercaya. Jelasss. Kita ga pengen topic curhatan kita justru jadi rahasia umum kan? Dan fokuskan hanya pada satu atau dua orang. Jangan curhat dibanyak orang. Malah akan terkesan membesar-besarkan. Dan bisa-bisa dicap drama queen. Criteria tambahan adalah orang yang berpikiran positif,  dan memiliki prinsip kuat dan tegas. Setidaknya ketika sesi curhat selesai, kita bisa mendapatkan suatu hal misalnya masukan untuk menyelesaikan masalah bukan hanya mendengarkan keluh kesah kita dan selesai. Kenapa harus yang berprinsip kuat, karena menurut saya, orang yang kita curhatin penting sekali untuk tidak memihak/membesarkan hati kita ketika kita sebenarnya dipihak yang salah. Penting sekali loh.

Waktu curhat juga harus dipilih agar tidak mengganggu orang yang kita curhatin. Jadi lihat dulu situasi dan kondisi orang yang ingin kita jadikan ‘tempat sampah’. Jangan curhat ketika jam kerja atau ketika orang yang kita curhatin sedang ada di acara keluarga. Weksss! BIG NO NO!

Terbukalah menerima masukan dan kritik. Seperti yang sebelumnya saya katakan, bahwa kita harus berbesar hati menerima pendapat dari orang yang kita curhatin. Ada kalanya seseorang curhat hanya untuk mengeluhkan suatu hal, baik itu masalah sepele maupun masalah besar. Dan karena rasa kesal tentang suatu masalah, bukan berarti kita hanya focus pada masalah kita dan lupa untuk focus pada penyelesaian yang ditawarkan oleh orang yang kita curhatin. Jangan jadikan orang yang kita curhatin murni sebagai ‘tempat sampah’ plus plus. Plus tempat melampiaskan emosi dan kemarahan. Bercerita ngalor ngidul betapa dosen/pacar/orang tua/teman/orang dijalan/penjual bakso menyebalkan. Hahaha. Emosi dan kemarahan ini menjadikan kita menutup telinga pada saran orang lain.

Yang Dicurhatin :
Saya rasa satu hal yang paling penting sebagai orang yang dipercaya oleh orang lain mendengarkan keluh kesahnya adalah dengan mendengarkan sebaik-baiknya. Tetapi mendengarkan yang baik tetap harus diikuti oleh ikut memikirkan solusi yang terbaik menurut pengalaman kita. Meskipun permasalahan yang kita tahu berasal dari satu pihak. Tidak dari kedua pihak. Sehingga memungkinkan kalau kita bisa miscalculate mengenai permasalahan dan solusinya. Jadi Tempatkan diri kita senetral mungkin dan melihat permasalahan secara menyeluruh.

Jangan lantas mengalihkan topic permasalahan ke topic permasalahan milik kita. Sering kali setelah dicurhatin orang, kita membandingkan dengan permasalahan lain yang lebih berat yang kita pernah alami. Dan ujung-ujungnya meremehkan permasalahan yang dimiliki teman. STOP! Ini bukan ajang kontes masalah yang pernah datang dalam hidup manusia. Yang jadi perhatian adalah teman kita yang curhat dan memiliki masalah.

Terkadang ada orang yang terlalu ngeyel dan tidak mau menerima saran. Tetap berkelit dan mengajukan seribu alasan bahwa yang ia lakukan tidak tepat. Kalau ada orang yang curhat pada saya dengan cara seperti ini meskipun telah saya beri solusi, pendapat dan saran. Saya akan diam dan tidak akan mencoba memberikan feedback lebih jauh. Karena kita juga bisa ikut-ikutan kesal dan takutnya nanti malah kita yang bertengkar.

Comments

Popular Posts