Ugh, Nyeri Haid!


Sebenarnya bukan hal baru bagi saya mendapatkan nyeri haid yang bikin saya nangis gero-gero dan gulung-gulung di kasur. Saya mendapatkan nyeri haid sejak pertama kali saya mendapatkan haid di bangku SMP kelas satu. Saya masih ingat tanggalnya tuh, 31 Maret. Dan saya cuman bisa pegang pinggang saya dan dapat olok-olokan dari temen, katanya saya mirip orang hamil. Hahahaha.


Seiring berjalannya waktu, nyeri haid itu masih tetap ada. Saya tidak begitu ingat ketika SMP karena saya rasa saya bisa bertahan dan sakitnya tidak sesakit sekarang. Sakitnya dimana? Disiniiiii (nunjuk panggul bawah). Sewaktu masih SMA, sakitnya makin menjadi-jadi dan saya ingat sekali kalau sedang datang bulan, saya pasti nangis dan ijin pulang. Ckckckck. Agak malu juga sih, maksud saya, tidak semua orang merasakan apa yang saya rasakan. Dan kalau orang yang tidak tahu dan tidak pernah merasakan nyeri haid seperti saya, pasti akan bertanya-tanya sendiri. Bahkan tak sedikit yang meremehkan apa yang saya (dan wanita lain di luar sana) rasakan. Padahal karena nyeri haid ini, ada yang sampai pingsan segala. Kalau saya Alhamdulillah belum pernah sampai pingsan, hanya sebatas menangis kesakitan dan muka pucat.

Beberapa bulan yang lalu saya akhirnya mengurus surat rujukan dari klinik yang ditunjuk untuk BPJS agar bisa periksa ke poli rawat jalan di rumah sakit. Saya minta agar saya di USG untuk melihat apakah bisa terlihat penyebab-penyebab saya mendapat nyeri haid yang begitu sakitnya. Setelah di USG, tidak ada apa-apa, rahim saya normal. Saya lega sebenarnya karena tidak ada apa-apa dan dokter hanya memberikan vitamin. Tapi yang jadi pertanyaan adalah kenapa rasa sakit ketika datang bulan ini masih saja datang dan menyiksa?

Kemarin lebih tepatnya, saya mendapatkan haid di kantor. Ckckckck. Dan bisa dipastikan bahwa nyeri haid itu datang lagi. Ugh. Sebel banget. Apalagi saat itu sedang ada pelatihan yang harus diurus. Senjata andalan saya adalah minum obat yaitu satu tablet asam mefenamat. Obat penghilang nyeri ini selalu jadi cara saya menghadapi nyeri haid setiap bulannya.

Setelah saya minum asam mefenamat dan sakit perutnya masih terasa. Akhirnya saya ke IGD, saya tahu ini bukan kasus gawat darurat yang ada diantara hidup dan mati. Tapi saya masih kesakitan. Sangat. Dan akhirnya saya disuntik oleh perawat dan saya tidak tahu apa itu. Yang saya rasakan setelah satu jam adalah rasa ngantuk yang luar biasa dan lemas disekujur tubuh. Itu saya rasakan sampai saya pulang kantor. Jadilah hari sabtu kemarin, malam mingguan saya berbaring dirumah dan tidak ikut selamatan peringatan 17 Agustus.

Jangan deh sampai meremehkan wanita yang punya nyeri haid, bagi laki-laki yang ada diluar sana dan para perempuan yang beruntung tidak perlu merasakan sakitnya nyeri haid tiap bulan.

Comments

Popular Posts