IIS dan Sedikit Mengenal Madiun

Siapa yang tahu tentang IIS? Itu adalah singkatan dari International Islamic School. Pendirinya Menteri BUMN yang sekarang, yakni Dahlan Iskhan. Kemarin 1 Juli, saya ada panggilan tes untuk mengisi lowongan sebagai guru dan saya memilih guru TK. Hihihi. Dari jauh-jauh hari saya sudah menyiapkan lesson plan, gambar dan speaker dan lagu anak-anak. Yah setidaknya sebagai orang yang tidak pernah mengajar dan tidak tahu mengenai silabus, RPP dan sebagainya, dengan harapan saya bisa tampil lebih maksimal dan lebih meyakinkan. Meskipun pada kenyataannya microteaching saya kedodoran dan belepotan luar biasa. Arghhh.

Tes itu bertempat di salah satu hotel di Madiun, yakni Hotel Sarangan Permai. Bagus kok hotelnya. Meskipun bukan hotel bintang empat atau mewah. Hotelnya sederhana dan murah. Foto yang saya ambil memang tidak bisa mewakili karena Cuma bagian depan saja, tapi kalau lebih jelas silahkan buka website Hotel Sarangan Permai. Saya suka kota madiun. Karena saya tinggal di Sidoarjo, secara otomatis saya membandingkan Madiun dengan Sidoarjo. Enak sekali di Madiun, jalanan sepi dan lebar, udaranya masih bisa dihirup tanpa harus pake masker dan sejuk. Bukan sejuk seperti di daerah pegunungan tapi belum banyak mobil dan sepeda motor, sehingga polusinya ga sekenceng di kota-kota lain.

Saya berangkat tanggal 30 Juni dan memutuskan untuk tidur di rumah temen. Jadi paginya, saya bisa lebih gampang ke tempat tes. Awalnya sebelum tes, para peserta diberi form untuk diisi. Saya yang belum pernah melamar menjadi guru, bertanya banyak hal pada mama dan adik saya yang basic pendidikannya di area pedagogy. Misalnya tentang pakaian dan lain-lain. Akhirnya, tampillah saya dengan menggunakan rok hitam dan kemeja cokelat muda polkadot. Saya berusaha untuk tampil seprofesional mungkin. Eh ujung-ujungnya saya berpenampilan paling-tidak-mencerminkan-ingin-menjadi-guru. Kata temen saya, penampilan saya adalah yang paling ‘swasta’. Hahaha. Dari sini saya sudah putus asa. Ahhh whatever. Saya akhirnya maju terusssss.

Setelah mengisi form, peserta disuruh ke ruangan yang berisi beberapa meja. Nah setiap meja mewakili bidang tes yang akan diujikan. Bidangnya ada 3, English, biah islam dan pedagogy. Tes pertama bahasa inggris. Kebetulan, pengujinya kakak tingkat saya di SMA (meskipun saya tidak kenal dan tidak familiar dengan wajahnya). Saya bisa bilang, saya bisa melewati tes ini dengan cukup baiklah meskipun dengan bersimbah air mata (Tsaaaahhhhhh). Tes itu mengharuskan kita memiliki kemampuan berbahasa inggris lisan tulisan. Kita diberi pilihan topic di meja dan disuruh memilih. Berisi kertas yang dilaminating dan diletakkan terbalik. Kita tidak bisa lihat topiknya apa, tapi saya bisa ngintip tulisannya. Hahaha. Nakal banget. Saya memilih satu, yakni the most inspiring person. Yahhhhh siapa lagi kalo bukan my mom. Akhirnya setelah menuliskan di atas kertas, peserta disuruh menjelaskan kembali secara lisan. Nah, pada saat ituuuuulahhh air mata saya turun seperti air terjun yang bisa digunakan sebagai pembangkit Tenaga listrik. Ahhhh. Kebayang kan deresnya seperti apa? Saya berusaha berbicara bahasa inggris sambil menangis. Kebayang kan belibetnya seperti apa? Dan saya ga bawa tissue pula. Udah sempet tuh kepikiran ngelap ingus ma ujung jilbab. Oon.

Saya sempat berpikiran, gila ini jangan-jangan cuman saya yang nangis kayak gini waktu tes kerja. Dobok! Ternyata pengujinya bilang enggak. Berarti tes ini juga tes nangis kali yah. soalnya setelah di meja tes bhs inggris, saya ketemu seseorang yang tadi di luar nanya sama saya, artinya sibling itu apa, saya nanya apa dia juga nangis. Dan ternyata iya. Dia nangis karena topic yang dipilih the hardest moment in my life. Ya iyalah. Siapa yang ga nangis kalau disuruh nyeritain the hardest moment. Saya udah tenang, ketika tahu kalau saya bukan satu-satunya yang nangis di meja tes bahasa inggris. Udahlah pokoknya, majuu terus.

Di meja tes kedua adalah menguji tentang biah islam. Kalau kata temen saya, biah islam itu mengenai budaya keislaman yang ada pada diri seseorang sehari-harinya, pokoknya yang dilakukan dalam kehidupannya. Misalnya ketaatan beribadah, berpuasa, sholat sunnah dan sebagainya. Saya tahu saya bukan muslim dengan kemampuan dan pengetahuan islam yang sangattttttttt tinggi. Jadi saya tidak begitu yakin bisa melewati tahap ini. Di meja biah islam ini saya ditanya macem-macem. Ditanya apakah sehari-hari saya memakai celana atau rok, celana jeans atau celana kain, orang tua saya termasuk NU atau Muhammadiyah, apakah saya sholat lima waktu atau tidak, apakah saya sering menunda sholat, apakah saya sholat sunnah atau tidak, berapa kali seminggu saya sholat dhuha, apa surat terpanjang yang saya hafal, bagaimana saya mengaji dan saya disodori Al-Quran untuk dibaca, pernahkah saya sholat tahajjud, do’a iftitah apa yang dibaca ketika sholat dan sebagainyaaaaaaaaa. Banyak sekali.

Di meja tes ketiga yaitu pedagogy. Pada tahap ini, peserta disuruh melakukan microteaching dan ditanya mengenai educational perspective kita. Nah tahap ini yang paling menegangkan karena peserta disuruh melakukan microteaching. Haduhh. Sumpah ini tahap paling gak berhasil menurut saya. Aduh kebingungan sendiri. Udah pokoknya, kacauuuu balauuuuu. Setelah melakukan microteaching, peserta diinterview, yah disuruh melakukan introducing dan sebagainya. Seperti masalah keluarga, pekerjaan terakhir, padangan kita mengenai active learning.

Dan seperti yang saya ceritakan, pasti sudah dapat disimpulkan hasilnya seperti apa. Yup. Saya tidak diterima. Penolakan sekecil apapun akan menimbulkan sakit hati. Jadi saya sesampainya di rumah di Sidoarjo dan melihat pengumuman via facebook, saya ngeblank bukan karena saya bengong. Tapi karena saya berpikir. Memikirkan kenapa bisa ditolak, menganalisis semua kekurangan-kekurangan saya, kesalahan-kesalahan saya. Nama peserta yang ngobrol dengan saya lolos ke tahap selanjutnya.

Perjalanan 5 jam dari Madiun ke Surabaya dan 1 jam tambahan dari Terminal Bungurasih ke rumah membuat badan saya capek ga karuan apalagi di bus yang penuh dengan keluarga-keluarga yang pulang liburan. Bus benar-benar penuh sesak. Banyak pengalaman yang saya dapat dari 2 hari 1 malam yang saya habiskan di Madiun. Next post akan saya ceritakan mengenai bagaimana saya berjuang di bus pada saat berangkat dan pulang. Boleh saya bilang, saya banyak belajar kesabaran dari ‘kejamnya’ dunia transportasi. Hahahaha.

Comments

Popular Posts