Netiquette : Online Etiquette

Siapa yang tidak bersentuhan dengan dunia internet beberapa tahun belakangan? Mungkin sangatttt sedikit orang yang tidak tahu apa itu internet. Internet menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia modern saat ini. Bagi beberapa orang bahkan internet lebih penting daripada pulsa telpon atau sms. Jangan sampai internet lebih penting daripada makan. Ckckckck. Fenomena ini tidak bisa lepas dari perkembangan dunia teknologi yang semakin affordable, persaingan antar provider yang menyediakan layanan semurah murahnya, dan yang lainnya. Kata netiquette saya tahu dari majalah remaja yang saya baca sewaktu SMP ketika internet baruuuu saja dikenal di Indonesia. Netiquette itu berisi singkatan-singkatan yang biasa dipakai. Misalnya ASAP, FYI, LOL, ROFL, lalu emoticon dengan menggunakan titik dua dan tanda kurung dan masih banyak lagi.

Naaaahhh Karena pesatnya perkembangan internet saat ini dan penggunaan internet yang luar biasa tinggi di Indonesia, saya rasa netiquette itu kini (HARUSNYA) bergeser menjadi sebuah aturan sebenarnya mengenai rambu-rambu tertulis/tidak tertulis dalam dunia internet. Kalau tertulis, itu kerjaan pemerintah yah. Karena makin lama makin tidak terkendali, sebut saja penculikan, pelecehan nama baik, pertengkaran di social media, sampai pornografi. Haduh. Saya pernah melihat di wall facebook saya, salah satu teman di tag oleh temannya sebuah foto dari seorang remaja perempuan berseragam SMA namun atasannya terbuka dan tanpa menggunakan bra. Saya tidak tahu itu hanya permainan photoshop atau real. Tapi yang jelas itu sudah mengandung muatan pornografi. Huff.

Update status dan men-tweet sudah menjadi makanan sehari-hari. Bahkan lebih dari jumlah makan kita yang Cuma 3x sehari. Saya juga termasuk didalamnya. Hehehe. Rata-rata saya mentweet 4-5 kali sehari. Akan lebih dari itu jika ada yang merespon tweet saya. Kalau untuk update status di facebook, sudah jarang saya lakukan. Seminggu bisa 3-4 kali update dan itu untuk membagi link ke blog ini. Hehehe. Perlu adanya sebuah aturan dalam mentweet dan mengupdate status facebook. Mungkin bukan aturan yah, karena kesannya jadi kaku. Kata yang cocok adalah mawas diri sebelum mengupdate status atau mentweet. Sah-sah saja menulis status atau tweet. Itu hak tiap orang tapi tetap ada batasan. Misalnya tidak menyinggung masalah SARA (suku, agama, dan ras), kekerasan dan pornografi. Agak ngeblur sekarang karena dilain sisi berhadapan dengan HAM alias hak asasi manusia dalam mengutarakan pendapat. Aturan tidak menyinggung SARA, kekerasan, dan pornografi  adalah suatu hal yang wajib dilakukan, menurut saya.

Selain itu ada beberapa hal yang bagi saya harus dijadikan pertimbangan. Yang pertama, Intensitas mentweet dan mengupdate status. Kalau bahasa onlinenya, nyampah. Nah ini juga kadang menjadi dilemma. Saya pernah nih kejadian, salah seorang nyampah gak sehari dua hari. Pokoknya gak penting bangetlah. Tapi pernah suatu hari, dia tweet kalau ada yang tidak nyaman dengan tweetnya boleh unfollow. Yak. Saya serba salah antara unfollow atau tetap follow account dia. Karena dia teman, kalau saya unfollow saya jadi sungkan. Gimana yaaahh?

Yang kedua adalah No PDA alias Public Display of Affection. Social media adalah ruang public, itu yang perlu diingat terlebih dahulu. Ruang public bukanlah tempat hal-hal personal bernaung. Hahaha. Bahasanyaaaa. Sumpah jangan jadikan social media sebagai tempat flirting. Sekali dua kali ga papalah asal wajar. Menunjukkan status dan mengungkapkan rasa cinta kan juga perlu, namun caranya jangan berlebihan. Awalnya mungkin orang akan berkomentar ‘so sweet’ atau iri dengan kemesraan yang ditunjukkan pada pacar/pasangan tapiiiiii lama-lama timeline/wall bisa PDA overload!! Saya tahu itu hak mereka tapi kadang orang lupa tentang perasaan orang yang baca status atau tweet tersebut. Saya tulis ini bukan karena saya single. Ini semua demi ‘kebersihan’ dan kenyamanan dalam ber-social media. Hehehe.

Yang ketiga adalah kejelasan baik dalam bahasa yang kita gunakan dan kejelasan informasi sebelum kita meramunya dalam tweet atau status. Penting sekali loh. Karena saya lihat hal ini dapat memicu salah persepsi dan pertengkaran di dunia maya. Wekssss. Kan malu kalau bertengkar di social media seperti artis-artis gitu. Kita (atau saya) memang bukan artis, tapi tetap saja pertengkaran adalah suatu hal yang termasuk dalam ranah pribadi dan tidak seharusnya menjadi konsumsi public. Seperti sinetron yang episodenya ditunggu tiap hari.

Sekian. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular Posts