Life of Pi, The Hunger Game, The Hobbit

Saya tahu saya amat sangat telat menulis ini.. hehehhee..

Saya baru beberapa hari yang lalu menonton film ini. Yup film Life of Pi. Saya tahu kalau Life Of Pi adalah buku best seller tapi belum pernah membacanya. Hanya tahu garis besarnya saja, bahwa Life of Pi bercerita tentang seorang remaja laki-laki yang harus bertahan hidup di tengah laut dengan seekor harimau karena kapal yang ditumpanginya tenggelam.

Saya pengen banget nonton filmnya bahkan sebelum film ini menang piala Oscar. Setelah menang, tambah pengen aja nonton filmnya. Dannnn setelah menontonnya, amazing! Harus dipuji bahwa acting dari pemeran Pi muda sangat brilian. Suraj Sharma berhasil menunjukkan bagaimana ekspresi seorang yang so depressing, so hungry, dan sekaligus pantang menyerah. Memang akhir film ini sangat mudah ditebak, namun letak daya tarik film ini tidak berada diakhir cerita.

Kepribadian Pi saat muda juga sangat menarik apalagi melihat cara dia belajar mengenal agama. Dia menerapkan nilai 3 agama sekaligus semasa muda, Hindu, Katolik dan Islam. Pesan yang saya tangkap adalah bahwa memeluk agama adalah bukan hanya karena kita terlahir didalamnya namun juga mengerti, tahu dan suka mengenai agama yang kita anut.

That’s why, pada saat Pi secara tidak langsung disuruh berbohong mengenai pengalamannya terdampar di laut, diakhir cerita ada kalimat yang dilontarkan Pi pada penulis novel, which one do you prefer? (kalau tidak salah ingat! Saya lupa-lupa inget dialognya). lalu si penulis novel bilang kalau dia suka cerita yang sebenarnya yakni Pi dan harimau. Dan Pi bilang, begitu juga Tuhan. Pi bertanya ‘which one do you prefer?’ bukan ‘which one do you want?’ menandakan bahwa Tuhan itu bukan sesuatu yang kamu ingin, tapi sesuatu yang kamu suka. Saya menangkap pesan dalam film ini seperti itu. What about you??

Note : saya menangis saat Orange Juice mati dan Richard Parker pergi. Siapa Orange Juice? Siapa Richard parker? Silahkan menonton sendiri.

Saya akan ulangi bahwa saya juga sangat telaaaaattt kalau menulis soal film ini. Yups, hunger games. Hihihihi. I know about the book. Saya juga tahu garis besar ceritanya. Jadi untuk menghindari pemberontakan dari setiap kota (yang mana disini disebut district), pemerintah pusat (disini disebut capitol) mewajibkan untuk setiap district mengirim perwakilan yakni dua pemuda berumur 12-18 tahun untuk mengikuti hunger games. Hunger games ini adalah bertarung dan bertahan hidup selama beberapa hari di hutan dan satu orang yang berhasil bertahan hidup adalah pemenang. Nah konflik mulai bermunculan antar peserta sampai bunuh-bunuhan segala. Sampai konflik antara Katniss dan Peeta yang merupakan perwakilan dari district 12 dan saling suka. Percintaan remaja memang selalu menarik untuk diangkat apalagi yang ditentang, terlarang, yang cinta tak sampai. Hihihihihi.

Secara alur cerita memang gampang ditebak (bahkan bagi yang belum baca novelnya). Keseruannya mungkin terletak di keunikan setting tempat, teknologi masa depan (kekekekeke!) dan makeup orang-orang capitol yang ajaib. Alur ceritanya mengalir ringan dan tidak membingungkan. Overall sih bagus ditonton sebagai hiburan.

Note : saya menangis saat Rue meninggal. Siapa Rue? Tonton sendiri. Hehehehhehee.

Whoppwhoop. Lanjut ke film ketiga. The Hobbit. This movie is AH-MAZIIIING! Banyak alasan orang suka dengan sebuah film, bisa jadi karena aktornya, setting tempat, cerita yang menarik, efek yang digunakan dalam film dan lain sebagainya. Mungkin kesemua faktor yang saya sebutkan tadi, sudah ada di film ini. Saya suka sekali film ini karena setting tempatnya yang indah dan I don’t know why, I love perkampungan hobbit dan rumah mereka. Keren gitu. Saya sampai berandai-andai tinggal di rumah hobbit. Yang kedua adalah karena plotnya yang sangat membuat emosi naik turun dan khusus di akhir cerita rasanya ga berkedip karena nonton adegan tiap adegan. EPIC.

Saya selalu ketiduran nonton Lord of The Ring, tapi waktu nonton The Hobbit, rasa ngantuk ga mampir sama sekali. Entah kenapa. Mungkin karena alur ceritanya. Scene favorite saya adalah ketika Bilbo main tebak-tebakan dengan Gollum. Itu asli bikin deg-degan dan seru.

Cerita soal keberanian dan pantang menyerah selalu menarik disajikan. Dari ketiga film diatas, memang kental dengan hal itu. Mengutip dari Life Of Pi, ‘above all, don't lose hope’

Comments

Popular Posts