SOS day 29 : Ahh Susahnyaaa..
Menjadi
pengusaha itu ga gampang. Bagi saya. Saya sudah mencobanya. Setelah keluar dari
pekerjaan terakhir, saya sudah bertekad ingin menjadi pengusaha. Tapi menjadi
pengusaha tidak semudah yang dikatakan seorang motivator yang pernah satu kali
saya ikuti kuliah tamunya di kampus. Sama sekali tidak.
Sewaktu
kuliah, saya pernah bersama dengan dua orang teman merintis usaha bersama namun
tidak berlanjut karena sejujurnya saya tidak bisa membagi konsentrasi ke dua
tempat sekaligus. Hasilnya pada saat itu IPK saya turun drastissss. Saya tidak
mau menganggap IPK adalah segalanya, tapi pada dasarnya IPK juga menjadi salah
satu bagian penting dari sebuah proses perkuliahan.
Setelah saya
berhenti bekerja di perusahaan, saya merintis usaha dengan adik saya. Bisnis ini
tidak bisa dibilang berhasil. Namun menjadi langkah awal kami mencicipi
beratnya memulai dan menjalankan usaha. Dari SDM kami sudah mendapatkan yang terbaik
(menurut saya). Hanya saja, kami tidak punya modal tambahan untuk menjalankan
operasional selama beberapa bulan selanjutnya. Yahh, boleh dibilang kami masih
mentah.
Selanjutnya adik
saya harus menyelesaikan skripsinya pula. Jadiiii yah, bisnis terhenti
sementara waktu. Selama hiatus, saya mencoba sendiri melakukan eksperimen
membuat sabun mandi. Saya inginnya punya brand sendiri. Arhhh mimpi. Sambil sesekali
mengambil job untuk tambahan uang saku dan untuk mencoba-coba usaha baru. Dan terhenti
karena saya sudah tidak punya uang lagi untuk beli bahan baku. Hiks.
Sayangnya,
usaha saya bereksperimen menghadapi kendala keuangan. Saya butuh uanggggggg. Hehehe.
Saya rasa saya belajar dari sini bahwa menjadi pengusaha juga butuh modal. Berkebalikan
dengan apa yang dikatakan oleh motivator yang saya ikuti kuliah tamunya. Motivator
itu bilang kalau tubuh kita adalah modal. Yang akhirnya saya mengerti bahwa
maksud dari kata-katanya adalah tubuh kita disuruh bekerja pada orang lain dulu
lalu mengumpulkan uang dan digunakan untuk memulai usaha. Ding dong!
Usaha lain
yang saya pernah rintis adalah usaha sepatu handmade. Ciahhh. Tetep ajah. Ga cukup
duitnya. Hahahaha. Meskipun sudah kerjasama dengan UKM setempat, saya masih kesulitan
menyediakan bahan baku dan sebagai-sebagainyaaaaaa.
Sekarang ini
saya sedang mencoba merintis bisnis percetakan invitation and card. Tapi kembali
lagi modal lah yang menjadi penghalang. Adik saya juga sedang merintis bisnis
clothing line untuk bayi dan anak-anak. Sedikit demi sedikit mulai mendesign
dan menjahit baju anak. Yah kembali lagi modal lah yang menjadi penghalang.
Pengennnn sekali
bisa pinjam uang dari orang tua, tapi yaaahhh orang tua tidak cukup percaya
memberikan pinjaman uang dalam jumlah besar apabila tidak ada jaminan uang itu
kembali. Wekkss. Sebelas dua belas lah sama bank. Lebih takut lagi kalau pinjam
di bank. Mau jaminan apaaaaa yang diserahkan. Ckckckckck.
Pernah saya
mengikuti seperti bantuan pembiayaan usaha dari sebuah partai. Ehhh ga dapet
feedback. Ya sudahlah sepertinya memang belum rejeki.
Saya mencoba
dengan modal kecil. Saya dan saudara berencana membuat pudding untuk dititipkan
di sekolah-sekolah. tapi melakukan eksperimennya juga butuh modal karena tiga
sampai empat kali bereksperimen, kami gagal membuat pudding yang sekiranya bisa
dijual dengan harga yang sesuai kantong anak sekolahan. Sebelum kami berhasil
membuatnya, eksperimen itu sudah menghabiskan duit kami. Ahhh.
Jatuh bangunnya
dan pengorbanan menjadi pengusaha tidak membuat saya jera. Hehehe. Saya masih
ingin mewujudkan ide bisnis sabun mandi dan kartu undangan. Proposal sudah
jadi. Tinggal melaksanakan. Semoga ide bisnis ini bisa direalisasikan tahun ini
atau tahun depan. Aamin.
Comments
Post a Comment