Sprinkle Of September : Dare To Dream, Dare To Fail
Kalah sama
sekali tidak sama dengan rasa malu. Itu kalau kita tahu bahwa kegagalan adalah
awal dari kesuksesan. Ahhh. Semua orang tahu menulis atau berbicara saja
sangatlah mudah. Namun tidak akan sama dengan apa yang terjadi direalita.
Kita
menghadapi proses kalah dan menang hampir setiap hari dalam hidup kita. Really?
Gagal bikin kue, gagal ngerayu mama biar ngasih kita uang jajan lebih, gagal
rebutan mainan dengan adik, gagal dapet A untuk UAS mata kuliah tertentu, gagal
bangun pagi, gagal makan ayam goreng kesukaan padahal sudah antri satu jam,
gagal dalam perebutan antrian kamar mandi di kos, gagal dapet dosen pembimbing
favorit untuk skripsi, gagal dapet tanda tangan dekan, gagal dalam mendapatkan
cowok yang kita incar, gagal nonton film yang sudah kita tunggu-tunggu, gagal
dapet juara kelas, gagal pemilihan ketua RT, gagal mempertahankan pernikahan
(selebritis banget! Hahaha), gagal jadi juara lomba karya tulis ilmiah, gagal
dapet beasiswa S2 (hiks hiks) sampai gagal dalam pemilihan presiden.
Failure is
the part of our life. Important part bahkan! Tapi sayangnya kita tidak terbiasa
menerima kekalahan. Yup! Tidak mudah menerima teori bahwa gagal berarti satu
step menuju kesuksesan. Dalam hidup saya, saya tidak bisa menghitung berapa
banyak kegagalan yang sudah saya lakukan. Saya tahu betul rasanya. Hiks. Pahit.
Sakit. Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat email bahwa saya tidak diterima
di salah satu beasiswa yang saya apply, padahal tinggal selangkah lagi. Bahkan
saya perlu menenangkan diri dan mencoba tidak membuat mood saya drop. Lalu saya
ingat bahwa tidak ada yang salah, Allah mentakdirkan ini semua, jadi semua ini
adalah benar. Yang salah adalah ketika kenyataan itu tidak sesuai dengan
harapan yang ada di hati saya. Semua orang yang dekat dengan saya, pasti tahu
bahwa mendapatkan pendidikan S2 di luar negeri adalah impian saya dan saya
sudah merencanakan ini sejak saya lulus S1 saya masih kuliah S1. Bisa dibayangkan kan bagaimana
perasaan kita ketika impian kita tidak tercapai?
Saya
mikiiiiiiiiirin itu terus-terusan. Mencerna semuanya. Bagaimana kalau ini dan
itu terjadi. Kata orang, sariawan juga bisa dikarenakan panas dalam dan stress.
Maka jadilah bibir saya kena sariawan. Arghhh!!!
Tapi
kegagalan bukanlah menjadi sebuah rasa malu. Harusnya! Namun kita hidup dilingkungan
dimana semua orang menjunjung tinggi kemenangan dan memandang rendah pada
kekalahan. Hasilnya adalah kita tidak mau kalah dan lebih luas lagi berdampak
pada bagaimana cara kita memandang benar dan salah. ketika kita sudah memandang
kekalahan menjadi sebuah aib dan kesalahan, maka artinya kita juga takut untuk
berbuat salah. saya masih ingat ketika saya kecil terkadang saya takut
mengungkapkan apa yang ada dipikiran saya karena saya takut dianggap salah dan
ketika saya salah, saya akan diejek habis-habisan oleh teman-teman. See! How
cruel! Kata orang, menang itu perkara mudah. Namun menerima kekalahan adalah
suatu hal yang luar biasa karena kita belajar banyak hal dari kegagalan. Hal ini
juga ada sangkut pautnya sih dengan cara kita dibesarkan. Kalau kita bisa juara
kelas dipuji-puji oleh orang tua. Namun ketika peringkat kita turun dimarahi
habis-habisan. Apalagi kalau dibanding-bandingkan dengan sepupu yang lebih
pinter, misalnya. Wahhh.
Sisi lain
dari kegagalan adalah iri dengki pada si pemenang dan keterpurukan. Seperti
yang terjadi pada saya, saya menjadi terpuruk dan menarik diri (Cuma sebentar
sih! Hehehe). Wajar sih merasa sakit hati dan terpuruk. Asal ga lama-lama dan
merasa jadi orang paling gagal sedunia aja.
Saya
berusaha untuk tidak frustasi dengan cara memupuk harapan dan
kemungkinan-kemungkinan lain serta mencari mimpi-mimpi baru. Inilah menariknya
sebuah kekalahan. Saya secara pribadi tidak menganggap sebuah kegagalan adalah
kunci menuju kesuksesan. Saya pribadi menganggap kegagalan adalah cara lain
untuk mencari jalan baru dan mimpi baru. Jadi kegagalan ini istilahnya sebuah
jalan menikung untuk sementara waktu. Tapi kadang kita lupa bahwa jalan raya
tidak selamanya lurus dan satu jalur saja. Jalan raya juga terdiri dari
pertigaan dan perempatan yang mana masing-masing cabang itu menuju pada tujuan-tujuan
lain. Bisa saja saat ini saya berada di perempatan dan siap untuk mencoba jalan
lainnya menuju impian baru. Karena hidup itu kan sebuah pencarian yang tidak
pernah berhenti.
Setiap kita gagal
dan kalah sebaiknya kita tidak kehilangan harapan. Saya masih memelihara
harapan-harapan itu di hati saya. Harapan, saya bisa bilang ada ketika kita
punya plan A dan Plan B bahkan plan Z. ini lah pentingnya berencana dalam
hidup. You know, sometimes plan B, C, D, and Z turn out pretty good too.
Dare to
dream, dare to fail. And thanks for reading!
Comments
Post a Comment