Sprinkle Of September : Operasi Minor, Cabut Kuku Jempol Kaki

Kira-kira jam Sembilan pagi, saya dan adik berangkat ke rumah sakit setelah kemarin malam minta rujukan ke dokter di Klinik langganan kami. Kami berangkat naik motor. Puanassss. Mampir sebentar beli perbekalan menunggu antrian di rumah sakit. Hahaa. Ini tips juga sih buat para pengunjung rumah sakit. Karena saya sudah tahu pasti antrian akan panjang dan akan melalui beberapa loket dan belum tentu juga akan dapet tempat duduk, maka kami beli makanan ringan dan kue basah dan air minum dua botol.

Oh iya, penyakit yang menyerang kuku jempol kaki adik saya kata dokter dikarenakan oleh virus. Jadi kukunya ga tumbuh dan kering, bergelombang pula (rambuttt kali! heheehe), dan sepertinya ada kulit mati yang menumpuk di atas kukunya.

Pertama, kami ke ruangan namanya askes center. Waktu kami masuk ke ruangan, wahh sudah banyak orang yang antri. Tapi pelayanannya cepat kok. Dan tempat duduknya banyak jadi ga harus berdiri. Dan ruangannya dingiiiinnn.

Setelah itu kami ke loket pendaftaran untuk mendapatkan kartu berobat. Disitu pelayanannya juga cepat. Dan tempatnya jauuuuhhh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Dan kartu berobatnya juga berbentuk seperti ATM. Lebih sophisticated gitu. Setelah itu, kami diarahkan ke poli bedah. Bener-bener udah bagus dan sistematis dan bersih. Dan lebih penting lagi, jumlah kucing yang berkeliaran jauh-jauh berkurang.

Poli bedah ternyata ada banyak jenisnya, ada yang bedah orthopedy, bedah syaraf, dan lain-lain (mohon dibetulkan kalau saya salah). Nah kami akhirnya ke poli bedah saja. Hahaha. Maksudnya poli bedah tanpa embel-embel apapun. Poli bedah umum. Wahh antrian sudah banyakkk banget dan kita nunggu lumayan lama dan berdiri pula. Kira-kira setengah jam sampai satu jam baru beberapa pasien di panggil dan disuruh masuk ruang bedah. Alhamdulillah dapet duduk dan detik berikutnya kita serbu perbekalannnnn. Laperrr. Kekekeke.
Adik saya sempat takut. Hahaha. Apalagi pas dipanggil namanya untuk masuk ke ruang bedah. Saya sih ga ikut masuk, tapi ikutan tegang dan nervous. Gimana ga nervous, kalau ada anak kecil yang jejeritan keraaaaasssss banget sampai suaranya kedengeran dari luar. Kasihan juga. Secara psikologis, itu akan berpengaruh ke pasien lain dan penjaga pasien seperti saya. hiks hiks. Saya ga bayangin rasa sakitnya. Saya jadi ikutan khawatir.

Kira-kira setengah jam, adik saya keluar sambil meringis antara sakit ma ketawa. Jempolnya sudah dibalut perban gede. Dan susah jalan. “Pokoknya ini sekali seumur hidup!” katanya. Hahaha. Setelah melewati penderitaan yang menyakitkan itu, kita ke loket farmasi 5 untuk pengambilan obat. Lamaaaaa menunggu sambil sekalian cerita-cerita bagaimana suntik bius yang kata adik saya sakiiiittt banget.

Akhirnya karena adik saya lagi ga fit, saya yang bonceng dia naik motor. Alhamdulillah sampailah dengan selamat di rumah namun sebelumnya kita harus muter-muter ke 2 minimarket untuk beli pisang. Hahahaha.

Alhamdulillah Ya Allah, saya tidak pernah diberi sakit yang aneh-aneh dan selalu sehat. Alhamdulillah.

Comments

Post a Comment

Popular Posts