Sprinkle of September : Yang Berubah :)

Satu atau dua tahun yang lalu mungkin saya akan bilang kalau saya ingin menjadi seorang wanita karir yang bekerja 24/7 dan tinggal di kota besar metropolitan yang sibuk yang hectic dan sekondusif mungkin untuk selalu bekerja dan bekerja. Itu mimpi saya waktu itu. Itu planning yang saya buat ketika saya sedang sibuk-sibuknya kuliah dan menikmati kemandirian saya.

Wow. Dan hari ini saya merasakan bahwa hal itu tidak lagi menjadi mimpi saya. Saya banyak mengamati teman-teman yang sudah bekerja dan agak menganga ketika melihat jam kerja mereka. Saya takjub karena saya mengkaitkan dengan status wanita yang seyogyanya menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak dan suami. Hehehe. Maaf sebelumnya, bukannya saya meragukan apa-apa yang dilakukan oleh wanita yang merangkap karir dan kewajiban dalam rumah tangga. Karena mama saya juga seorang ibu rumah tangga sekaligus wanita karir. Hal itu sah-sah saja sih dilakukan setiap orang selama wanita tersebut mampu. Karir paling ideal menurut saya bagi wanita yang ingin merangkap karir dan keluarga mungkin menjadiiiii PNS atau guru atauuuuu buka usaha sendiri.

Nah, selama berada di rumah, banyak cara pandang saya terhadap beberapa hal yang berubah dan bergeser. Saya yang dulunya ingin menjadi wanita karir kini saya jadi ingin sekali menjadi ibu rumah tangga. Hal ini mungkin terjadi karena saya yang berada di rumah dan tertarik dengan bagaimana metode membesarkan anak yang paling ideal menurut saya. Hehehe. Apalagi semakin kesini, anak saya rasa hanya dijadikan sebagai investasi dunia oleh sebagian besar orangtua di Indonesia atau bahkan di dunia ini. Anak harusnya menjadi investasi dunia dan di akhirat kelak. Sedaaaap!

Karena hal itulah, saya jadi ingin menjadi ibu rumah tangga yang kreatif. Saya ingin suatu saat nanti, saya menjadi ibu rumah tangga yang teteuppp punya usaha sendiri di rumah. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, saya suka membuat sabun sendiri, bikin scrapbook dan tertarik dengan hal-hal yang berbau DIY apalagi dengan semakin maraknya makanan dan produk yang tidak aman dijual di luar sana. Pengen deh suatu saat nanti, bikin bekal untuk anak ke sekolah. Terus dicetak pake cetakan lucu gitu. Hehehe.

Tidak inginlah anak saya nanti diasuh oleh baby sitter dan lebih dekat dengan baby sitter dibanding dengan ibunya sendiri. Pola pengasuhan anak kan juga tidak sekedar membesarkan anak tapi juga sebagai momen dimana seorang ibu menanamkan pengetahuan dasar serta pengetahuan agama yang akan diingat anak nanti ketika dewasa. Jadi otak mereka sudah punya menyerap mengenai pengetahuan-pengetahuan penting. Pokoknya pengenlah nanti ketika masih kecil, anak saya sudah saya ajari dan perdengarkan doa-doa sederhana dan bahasa-bahasa asing. Hehehe. Itu cita-cita saya.

Saya ingat ketika bu dhe saya yang baru saja mendapat hadiah cucu dari anak perempuannya. Bu dhe saya ini suatu ketika mengajak cucunya ke rumah dan bu dhe saya menyanyikan lagu yang bagi saya sangat cocok untuk anak kecil. Versi lain dari lagu berhitung yang umum itu. Lagunya seperti ini :

Satu-satu, aku sayang Allah
Dua-dua, sayang Rasulullah
Tiga-tiga, sayang ayah bunda
Satu dua tiga, jalan masuk surga

Bagi sebagian besar orang, ketika kecil mungkin anaknya didengerin lagu bahasa inggris atau lagu klasik. Seperti yang saya bilang sebelumnya, suka-suka ibunya lah. Mau didengerin lagu bahasa inggris mau bahasa jawa juga boleh. Bagi saya, saya suka lagu yang dinyanyikan bu dhe saya pada cucunya.

Banyak mimpi saya mengenai kehidupan berumah tangga. Saya tidak menyangka akan memiliki perubahan seperti ini. Ada pengaruh juga dari kelahiran sepupu saya sih. Rasa sayang saya pada sepupu saya yang masih bayi.

Meskipun saya ingin menjadi ibu rumah tangga, saya ingin tetap ingin melanjutkan kuliah setinggi-tingginya. Saya ingin menjadi wanita yang smart yang setidaknya bisa menjawab pertanyaan anak-anak saya nanti dan membimbing mereka menjadi anak-anak yang smart pula. Banyak orang bilang, buat apa kuliah tinggi toh nanti ujungnya jadi ibu rumah tangga? Kan sayang? Kan sayang ijazahnya? Ahhhh.. pendidikan kan tidak hanya sebatas besarnya biaya yang didapat dan susah payahnya membuat laporan di mata kuliah tertentu. Pendidikan kan juga diperuntukkan untuk membentuk karakter seseorang. Jadi intinya pendidikan tidak hanya berhenti pada gelar yang nanti ada di belakang nama kita. Saya rasa menjadi wanita yang kuat dan memiliki pendidikan tinggi menjadi salah satu hal penting pada keuntuhan dan kelancaran dalam berkehidupan rumah tangga. Dibalik laki-laki besar dan anak-anak yang berhasil pasti ada sosok wanita kuat dibelakangnya. Nah saya ingin menjadi wanita seperti itu. Aamiinnn.

Comments

Popular Posts